Tidak setiap orang yang bekerja di sebuah perusahaan (baca: karyawan) mempunyai semangat untuk
maju. Mereka hanya punya keinginan untuk bertambah gajinya. Mempunyai semangat
untuk maju dan ingin gajinya bertambah itu adalah dua hal yang berbeda.
Saya menyebut mereka sebagai ‘karyawan pinggiran’.
‘Karyawan pinggiran’ ini adalah orang-orang yang selalu ingin
gajinya naik, namun tidak pernah berpikir tentang apakah yang dikerjakannya
meningkat atau tidak.
Beberapa orang karyawan yang mempunyai keinginan untuk maju tidak
berpikir tentang gajinya. Ia selalu menempa diri dan melihat peluang-peluang
yang dapat dikerjakan seiring dengan kemampuannya yang bertambah. Dalam hal ini
tentu saja otomatis pendapatan yang ia dapatkan juga akan meningkat.
Ocehan yang sering didengar dari para ‘karyawan pinggiran’ ini
adalah: “Kapan nih kita naik gaji? Masak
sudah beberapa tahun perusahaan kita gini-gini aja”
Seorang karyawan, dimanapun ia bekerja, maka tidak ada karyawan yang
tidak senang ketika ia naik gaji. Siapapun itu sebagai karyawan pasti akan
mensyukuri saat ia menerima kenaikan gaji. Namun masalah disini bukanlah gaji
naik tersebut. Masalahnya adalah fokus dari paradigma bekerja.
Ketika karyawan fokus kepada kemajuan dirinya maka uang akan mengikuti
seiring dengan berkembangnya kemampuan diri. Namun ketika karyawan hanya fokus
kepada kenaikan gaji, maka ia mengabaikan kemampuan dirinya dan hanya bergerak
untuk protes tentang kenaikan gaji.
Para ‘Karyawan pinggiran’ adalah orang-orang penyuka kenyamanan yang
takut untuk mengambil resiko. Mereka sangat suka berdiri di tengah-tengah untuk
melihat suasana dan baru memutuskan bergerak setelah ada orang yang lebih dulu
mencobanya dan terlihat berhasil.
Dalam memilih apapun tentang keputusan di perusahaan mereka akan
terlihat ‘abstain’ pada mulanya. Baru kemudian mereka banyak bicara untuk
menggunjingkan ketidak berhasilan yang ada.
“Nah, kan aku udah bilang
sejak awal bahwa ini akan membawa masalah”
“Nah, aku udah kasih pandangan
yang baik tapi karena nggak nurut jadi gagal kan?”
Pada saat sesuatu nampak berhasil, merekapun akan turut
membicarakannya, “Aku setuju sekali
dengan itu, dan aku menjadi bagiannya.” “Aku turut serta lho dalam pemikiran
yang berhasil tersebut.”
Dalam sebuah kemajuan yang dialami oleh seorang karyawan, maka ia
harus berjalan ke depan. Artinya mengembangkan kemampuan diri bagi seorang
karyawan itu adalah mutlak. Pertanyaan reflektif ini dapat dijadikan cermin
bagi kita semua: apakah kemampuan dan keahlianku lima tahun yang lalu masih sama hingga
saat ini?
Tentu saja, semua adalah pilihan hidup. Namun satu hal yang menjadi
pemikiran dasar bagi perkembangan adalah, Apabila
mau hasil yang berbeda maka lakukanlah hal yang berbeda. Sangat tidak
mungkin anda melakukan hal yang sama selama bertahun-tahun namun mengharapkan
hasil yang bertambah.
Karyawan Pinggiran merupakan kelompok terbanyak yang ada di setiap
perusahaan. Mereka menempati hampir 60% dari jumlah yang ada. Sisanya yang 40%
terdiri dari 20% adalah kelompok yang selalu ingin maju, dan 20% lagi adalah
kelompok pesimis.
Karena jumlah karyawan pinggiran ini termasuk banyak, maka sebuah
perusahaan tidak dapat mengabaikannya. Para karyawan pinggiran yang menyukai
kenyamanan, tidak suka tantangan, dan memilih untuk diam pada awalnya dapat
dirangsang untuk maju dengan pendekatan yang tepat. Salah satunya adalah tidak
pernah berhenti untuk melakukan coaching dalam hal penggalian potensi dan
shifting paradigma.
Hal besar yang ditakutkan oleh para karyawan pinggiran ini adalah
kehilangan kenyamanan karena salah melakukan langkah dalam memulai perubahan.
Ketakutan mereka bersumber dari ketidaktahuan tentang strategi dalam melangkah
untuk memulai perubahan.
Salam sukses
Agung webe – mind recollectionist
http://www.agungwebe.net
3 comments:
memamng "kaum minoritas" sepertinya lebih unggul ya pak... Diperlukan keberanian untuk memulai sesuatu yang dilakukan oleh "kaum minoritas".
"Fokus pada paradigma bekerja"...nah, ini dia nih yang memang susah, menjaga consistency dan continuity...
paradigma yang memang paling banyak di negeri ini. Tapi tidak bisa dipungkiri juga, kondisi ekonomi membuat banyak orang hanya berpikir soal uang
Post a Comment