Kunjungi pula Situs Utama dan foto training Agung Webe

Agung Webe, penulis buku motivasi dan trainer pemberdayaan diri

Monday, October 15, 2012

‘KARYAWAN PINGGIRAN’

Tidak setiap orang yang bekerja di sebuah perusahaan (baca: karyawan) mempunyai semangat untuk maju. Mereka hanya punya keinginan untuk bertambah gajinya. Mempunyai semangat untuk maju dan ingin gajinya bertambah itu adalah dua hal yang berbeda.
Saya menyebut mereka sebagai ‘karyawan pinggiran’.
‘Karyawan pinggiran’ ini adalah orang-orang yang selalu ingin gajinya naik, namun tidak pernah berpikir tentang apakah yang dikerjakannya meningkat atau tidak.

Beberapa orang karyawan yang mempunyai keinginan untuk maju tidak berpikir tentang gajinya. Ia selalu menempa diri dan melihat peluang-peluang yang dapat dikerjakan seiring dengan kemampuannya yang bertambah. Dalam hal ini tentu saja otomatis pendapatan yang ia dapatkan juga akan meningkat.
Ocehan yang sering didengar dari para ‘karyawan pinggiran’ ini adalah: “Kapan nih kita naik gaji? Masak sudah beberapa tahun perusahaan kita gini-gini aja”

Seorang karyawan, dimanapun ia bekerja, maka tidak ada karyawan yang tidak senang ketika ia naik gaji. Siapapun itu sebagai karyawan pasti akan mensyukuri saat ia menerima kenaikan gaji. Namun masalah disini bukanlah gaji naik tersebut. Masalahnya adalah fokus dari paradigma bekerja.
Ketika karyawan fokus kepada kemajuan dirinya maka uang akan mengikuti seiring dengan berkembangnya kemampuan diri. Namun ketika karyawan hanya fokus kepada kenaikan gaji, maka ia mengabaikan kemampuan dirinya dan hanya bergerak untuk protes tentang kenaikan gaji.

Para ‘Karyawan pinggiran’ adalah orang-orang penyuka kenyamanan yang takut untuk mengambil resiko. Mereka sangat suka berdiri di tengah-tengah untuk melihat suasana dan baru memutuskan bergerak setelah ada orang yang lebih dulu mencobanya dan terlihat berhasil.
Dalam memilih apapun tentang keputusan di perusahaan mereka akan terlihat ‘abstain’ pada mulanya. Baru kemudian mereka banyak bicara untuk menggunjingkan ketidak berhasilan yang ada.
“Nah, kan aku udah bilang sejak awal bahwa ini akan membawa masalah”
“Nah, aku udah kasih pandangan yang baik tapi karena nggak nurut jadi gagal kan?”
Pada saat sesuatu nampak berhasil, merekapun akan turut membicarakannya, “Aku setuju sekali dengan itu, dan aku menjadi bagiannya.” “Aku turut serta lho dalam pemikiran yang berhasil tersebut.”

Dalam sebuah kemajuan yang dialami oleh seorang karyawan, maka ia harus berjalan ke depan. Artinya mengembangkan kemampuan diri bagi seorang karyawan itu adalah mutlak. Pertanyaan reflektif ini dapat dijadikan cermin bagi kita semua: apakah kemampuan dan keahlianku lima tahun yang lalu masih sama hingga saat ini?

Tentu saja, semua adalah pilihan hidup. Namun satu hal yang menjadi pemikiran dasar bagi perkembangan adalah, Apabila mau hasil yang berbeda maka lakukanlah hal yang berbeda. Sangat tidak mungkin anda melakukan hal yang sama selama bertahun-tahun namun mengharapkan hasil yang bertambah.

Karyawan Pinggiran merupakan kelompok terbanyak yang ada di setiap perusahaan. Mereka menempati hampir 60% dari jumlah yang ada. Sisanya yang 40% terdiri dari 20% adalah kelompok yang selalu ingin maju, dan 20% lagi adalah kelompok pesimis.
Karena jumlah karyawan pinggiran ini termasuk banyak, maka sebuah perusahaan tidak dapat mengabaikannya. Para karyawan pinggiran yang menyukai kenyamanan, tidak suka tantangan, dan memilih untuk diam pada awalnya dapat dirangsang untuk maju dengan pendekatan yang tepat. Salah satunya adalah tidak pernah berhenti untuk melakukan coaching dalam hal penggalian potensi dan shifting paradigma.

Hal besar yang ditakutkan oleh para karyawan pinggiran ini adalah kehilangan kenyamanan karena salah melakukan langkah dalam memulai perubahan. Ketakutan mereka bersumber dari ketidaktahuan tentang strategi dalam melangkah untuk memulai perubahan.

Salam sukses
Agung webe – mind recollectionist
http://www.agungwebe.net


3 comments:

Bisnis Autopilot said...

memamng "kaum minoritas" sepertinya lebih unggul ya pak... Diperlukan keberanian untuk memulai sesuatu yang dilakukan oleh "kaum minoritas".

Ade Indreswari said...

"Fokus pada paradigma bekerja"...nah, ini dia nih yang memang susah, menjaga consistency dan continuity...

Security Services said...

paradigma yang memang paling banyak di negeri ini. Tapi tidak bisa dipungkiri juga, kondisi ekonomi membuat banyak orang hanya berpikir soal uang