Kunjungi pula Situs Utama dan foto training Agung Webe

Agung Webe, penulis buku motivasi dan trainer pemberdayaan diri

Wednesday, September 28, 2011

CINTA MEMBEBASKAN dan CINTA PENJARA

Pada awalnya cinta itu indah. Ya, kebanyakan orang bilang ‘pada awalnya’. Terus, pada akhirnya jadi apa? Cerita setelah awal tersebut akan berkembang macam-macam. Yang jelas, cinta membawa segudang misteri yang tumbuh bersama jiwa yang sedang dimilikinya.
Sepasang kekasih yang awalnya dilanda cinta, akan memberlakukan cinta tanpa pamrih. Dia bisa menjemput sang cintanya dimanapun juga, dengan jarak seberapapun juga, dalam kondisi apapun juga. Dan semua itu tanpa alasan keberatan. Yang terjadi hanyalah memberi, memberi, dan memberi.
Dari awal pagi sang kekasih bisa menulis pesan pendek, chating, atau sapaan bertubi-tubi. Dan sekali lagi, hal itu dilakukan tanpa paksaan dan tanpa permintaan dari siapapun. Ia melakukan atas nama cinta yang membara.
Dalam setiap pertemuan, tidak ada perhitungan untung rugi. Mereka saling memberikan segala hal yang dipunyai. Sekali lagi atas nama cinta. Dan cinta seperti itu benar-benar membebaskan. Cinta tanpa diminta, cinta tanpa disuruh, cinta tanpa perhitungan.

Sekian lama perjalanan cinta itu, karena deviasi dari hubungan yang ada, maka mulai timbullah perhitungan.
‘mengapa dia belum kasih kabar ke aku?’
‘mengapa jam segini belum telpon juga?’
‘mengapa aku dicuekin?’
Pengharapan itu yang sebenarnya telah memasukkan jiwa sang kekasih dalam penjara. Ia dipenjara oleh ego untuk memiliki seutuhnya. Apalagi bila salah satu sudah memaksa untuk melakukan satu hal:
“Telpon aku setiap pagi ya”
“Perhatikan aku terus setiap saat”
“Bawa terus fotoku kemanapun engkau pergi”

Penjara-penjara cinta seperti itu tidak sengaja mulai diciptakan. Ego telah menciptakan penjara untuk jiwa atas nama cinta. Keterpaksaan karena permintaan yang bertubi-tubi telah memenjarakan kedua belah pihak. Satu pihak dipenjara oleh keinginan untuk diperhatikan, pihak yang lain dipenjara oleh waktu yang ditentukan untuk memperhatikan.
Cinta yang seharusnya membebaskan menjadi cinta yang memenjarakan.

Cinta penjara adalah cinta yang tidak membahagiakan, karena ia membatasi diri anda dalam jeruji-jeruji langkah yang selalu diawasi oleh hukuman. Tidak boleh ini, tidak boleh itu. Jangan melakukan ini, jangan melakukan itu.
Kesadaran dalam cinta adalah awal dari cinta yang membebaskan. Menyadari apa yang tidak disukai oleh pasangan, menyadari apa keinginan pasangan, menyadari dunia yang dimiliki pasangan, sehingga langkah yang dilakuan bukan karena permintaan dan bukan karena paksaan melainkan langkah penuh kesadaran yang hanya memberi dan memberi.
Di lain pihak, sang pasangan juga menyadari cinta yang membebaskan dengan menyadari kesibukan dan dunia yang sedang dihadapi oleh pasangannya, sehingga tidak menuntut untuk ini, untuk itu, untuk harus selalu ini, dan harus selalu itu.

Cinta memang harus membebaskan. Ia harus memberikan ruang bagi jiwa anda untuk tumbuh mekar menjadi dewasa. Bila cinta anda sudah dibatasi, bila cinta anda sudah di beri jarak dan rambu-rambu untuk ‘tidak boleh dan boleh’, maka cinta anda adalah cinta penjara. Cinta penjara adalah cinta yang mengkerdilkan jiwa anda, membonsai jiwa, dan membatasi jarak serta rambu-rambu yang keras untuk tidak boleh ini dan tidak boleh itu.

Jadikanlah cinta anda adalah cinta yang membebaskan, bukan menjadi cinta penjara jiwa!

Agung Webe

1 comment:

Hengky Kusuma said...

Mantap, Pak...

englishwithhappyness.blogspot.com