Kunjungi pula Situs Utama dan foto training Agung Webe

Agung Webe, penulis buku motivasi dan trainer pemberdayaan diri

Friday, November 15, 2013

Jabatan, Gaji, dan Peluang

Seperti biasa. Jakarta di hari Jumat sore, jalan seakan diisi oleh mobil-mobil yang 'parkir dijalan' alias macet pol! Dalam taxi dari bandara menuju rumah, hampir 2 jam saya hanya bergerak sepanjang Grogol ke Tomang.

Namun inilah yang memang layak dinikmati. Beberapa teman bilang, "sudahlah pindah saja ke Yogya atau Bali", Bagi saya justru kondisi seperti ini yang harus ditaklukan. Tak ubahnya sebuah pilihan dalam hal pekerjaan atau apapun juga. Ada satu sisi dimana seseorang akan mempertahankan idealismenya untuk tidak terbawa dengan kata: "terpaksa berubah". Namun sekali lagi, tidak berubahnya orang-orang ini bukan karena ia tak berani untuk memutuskan berubah. Ia sadar betul bahwa ia sedang melawan sebuah sistem yang baginya hanya membonsai sebuah potensi.

Contoh sederhana adalah adanya tawaran naik jabatan. Naik jabatan identik dengan kenaikan karir. Namun seseorang harus memahami dengan betul tentang adanya perbedaan antara jabatan fungsional dan jabatan struktural. Ketika sebuah sistem dalam perusahaan hanya mengenal adanya jabatan fungsional, maka kenaikan karir tidak akan mengikutinya. Mengapa? Karena disana tidak lagi dihitung perbandingan antara reward dengan usaha plus resiko yang dilakukan karyawannya.

Bicara tentang karir, tentu tak lepas dengan yang namanya peluang. Nah, dalam bekerja, apa yang ingin anda capai lebih banyak: peluang atau gaji tetap anda? Pilihan ini tentu saja akan mewarnai seluruh aspek dalam keputusan anda, baik tentang jabatan ataupun bertahan dalam posisi level anda saat ini. Untuk itu, tidak ada salahnya kita mengingat kembali hal mendasar yang coba kita tanyakan kembali kepada diri kita : apa tujuan kita bekerja?

Dalam pekerjaan, disamping ada gaji yang diterima tentu saja ada peluang yang selalu hadir. Sebagian karyawan memilih untuk berpikir tentang gaji saja. Bagaimana upaya agar gajinya naik dan serangkaian usaha kenaikan jabatan yang berpengaruh terhadap gajinya.
Sebagian karyawan lagi memilih untuk berpikir tentang peluang yang dapat dimanfaatkannya sehingga pendapatannya dapat melebihi gaji sekalipun itu gaji level jabatan diatasnya.

Bagi seseorang yang menurut Wiltson termasuk katagori karakter 'campers', tentu saja pemikiran tentang tujuan peluang ini sangat rumit dan sulit dicerna. Namun bagi para 'climbers' hal itu merupakan tantangan untuk dapat mengeksplorasi potensinya lebih luas. Para campers akan selalu berkata, "sudahlah, inikan maunya perusahaan kita. Mau apa lagi, ya mau nggak mau kita jalani apa yang ada"

Pekerjaan memang adalah individu outcome. Artinya masing-masing mempunyai tujuan secara individu didalamnya. Yang parah dan ironis adalah mereka yang tidak tahu tujuannya dalam bekerja. Kebanyakan, tujuan bekerja hanyalah menyambung hidup, yaitu hanya untuk mencukupi kebutuhan baik itu pribadi maupun keluarga.

Nah, kalau bekerja tidak sekedar hanya menyambung hidup, yaitu tidak sekedar mencukupi kebutuhan pribadi maupun keluarga, lalu apa lagi? Visi! Ya, tentu saja visi!
Atau jangan-jangan definisi visi itu sendiri saja tidak dimengerti? Bagi saya, sederhananya visi itu adalah the big dream. Bukan sekedar mimpi, namun mimpi besar!
Apakah anda punya mimpi besar yang akan diwujudkan melalui pekerjaan anda? Atau Uuppss, anda hanya jadi robot perusahaan? Tanpa tahu tujuan, tanpa mengenal visi, dan tetap melakukan rutinitas tugas pekerjaan anda! Bukankah itu robot produksi?

Hmmmm, tak terasa, taxi yang mengantar saya sudah sampai di tol Bekasi barat. Dan inilah peluang yang saya contohkan. Dalam menikmati kemacetan, saya menyempatkan diri untuk menulis.
Bagaimana dengan anda? Tentu saja saya yakin, mulai saat ini anda juga melihat peluang-peluang hadir dalam hidup anda.

Salam sukses!



No comments: