Ada sebait puisi dari Jack London yang saya suka:
Saya lebih suka
menjadi abu daripada debu!
Saya lebih suka abu
saya terbakar dalam kobaran membara daripada dipadamkan oleh kayu yang busuk.
Saya lebih suka
menjadi meteor yang menakjubkan, setiap atom saya berkilau cemerlang, daripada
menjadi planet yang mengantuk dan permanen.
Fungsi sepatutnya dari
manusia adalah hidup, bukan sekedar ada.
Saya tidak akan
membuang-buang hari saya dengan berupaya memperpanjangnya, saya akan
memanfaatkan waktu saya.
Tulisan Jack London diatas bagi saya menarik! Mengapa menarik?
Karena mengingatkan saya akan tindakan dalam hari ini.
Banyak dari manusia yang berpikir tentang masa depan, bahkan
mencemaskannya. Apa yang perlu dicemaskan? Toh mau tidak mau, suka tidak suka,
setuju tidak setuju, kehidupan ini akan berjalan ke depan, akan menuju ke masa
depan.
Lalu belajar vibrasi? Untuk apa? Agar masa depan cemerlang?
Ada seorang ‘guru aneh’ yang selalu berlaku aneh untuk
memberikan pelajaran berharga kepada orang yang terbuka pikiran dan hatinya. Pada
suatu hari ‘guru aneh’ tersebut melakukan aksi berjalan mundur dalam kegiatan
sehari-harinya. Masyarakat sekitar yang sudah mengetahui bahwa orang tersebut
adalah orang aneh, maka mereka membiarkan saja dan menganggap bahwa
tindakan-tindakan dari orang tersebut selalu aneh.
Namun bagi orang yang terbuka pikiran dan hatinya, tindakan
orang aneh tersebut merupakan sebuah ‘sinyal
pelajaran’ yang harus dipahami.
“Guru! Saya yakin ada yang ingin kamu sampaikan. Mengapa
anda berjalan mundur?”
Dengan tenang ‘guru aneh’ tersebut menjawab, “Banyak
orang yang berpikir akan kemana kehidupan ini menuju. Aku lebih suka
merenungkan dari mana kehidupan ini berasal”
“Mengapa demikian guru?”
“Saat kau menemukan dalam renunganmu darimana kehidupan ini
berasal, maka jawaban tentang kemana kehidupan ini menuju akan jelas
terpampang!”
Jadi ketika anda berdoa, saya berdoa, dan doa tersebut terwujud, siapa
yang mengabulkan doa kita?
Banyak yang mencari jawaban mengapa doa tidak terkabulkan. Kemudian
muncul berbagai macam metode untuk menjelaskan mekanisme doa. Terlebih lagi
kemudian mencoba menjelaskan peran Tuhan dalam terwujudnya keinginan manusia.
Sekali lagi, bagi saya, saya tidak tertarik dengan bagaimana
doa terkabulkan dan siapa yang mengabulkan doa. Sebagaimana ‘guru aneh’ pada
cerita diatas, saya lebih tertarik untuk merenungkan tindakan bermanfaat apa yang
dapat saya lakukan untuk hari ini.
Banyak orang berdebat tentang apa yang diyakininya dan
diperdebatkan kepada keyakinan orang lain. Padahal segala sesuatu menjadi
sederhana saat kita melihat bahwa seluruh kehidupan ini adalah aliran kasih
sayang yang tidak pernah putus.
Apapun yang kamu yakini, itulah yang terjadi!
Beberapa orang yang saya kenal dengan kejernihan dan
ketenangan batinnya bahkan pernah berkata bahwa doa dalam arti meminta menjadi
tidak begitu penting ketika seseorang telah menyadari bahwa dirinya berlimpah
berkah kehidupan. Kemudian yang mereka lakukan hanyalah bersyukur atas apapun
yang ia dapatkan dalam kehidupan.
Syukur yang dilakukan adalah dengan selalu bertindak dengan
landasan welas asih kepada semua hal yang dihadapi.
Apabila sudah menyadari aliran welas asih kehidupan,
masihkah kita bertanya, siapa yang mengabulkan doa saya? Bukankah pertanyaan
itu sudah ditenggelamkan oleh langkah-langkah saat ini dalam balutan kasih
sayang kehidupan?
@agungwebe
1 comment:
@agung webe, wow keren!!! saya suka banget tulisannya....mencerahkan !!
saya suka banget kata2 yg ini =>
Saya tidak akan membuang-buang hari saya dengan berupaya memperpanjangnya, saya akan memanfaatkan waktu saya.
tindakan bermanfaat apa yang dapat saya lakukan untuk hari ini.
#salam Kaizen :-)
Post a Comment