Apapun yang bertema tentang menarik kekayaan, kesuksesan,
memang sangat ‘digandrungi’ oleh masyarakat manapun, tidak terkecuali di
Indonesia. Kekayaan dan kesuksesan memang merupakan salah satu cara untuk
membuat seseorang bergerak maju ke depan. Hal ini akan membuat seseorang tidak
duduk saja dan pesimis terhadap hidup, tidak diam saja meratapi nasib yang ada,
atau bahkan menyesali bahwa dirinya dianggap dilahirkan tidak beruntung
dibanding yang lainnya. Dalam konteks ini, ya
saya sangat setuju sekali.
Yang mempunyai dampak hebat dan bisa bertolak belakang
adalah ‘gelombang’ dari pemikiran bahwa menarik kekayaan dan kesuksesan adalah
mutlak harus dilakukan. Artinya hal tersebut menjadi tujuan utama dalam hidup
ini.
Beberapa cerita dari orang yang telah dahulu menyerukan
tentang pencapaian dan kesuksesan mungkin bisa menjadikan kita untuk bercermin,
“Kalau itu adalah keputusan akhir mereka,
mengapa saya tidak melakukannya sekarang?” Maksud saya adalah, mereka
dulunya mencapai jabatan tertinggi, penghasilan besar, bisnis banyak. Namun
pada satu titik tertentu mereka rela melepas itu semua dan memilih jalan
sederhana yang tidak perlu hal-hal yang dicapainya terdahulu.
Saat saya pulang ke Yogya, saya diajak untuk mampir minum
‘wedang bajigur’. Bajigur memang kesukaan saya. Yang menarik adalah si penjual
Bajigur tersebut. Dulu sebelum ia memutuskan jual minuman Bajigur, ia adalah
seorang manager mapan dengan gaji besar. Memang kadang keputusannya tidak masuk
akal bagi orang-orang yang berorientasi materi. Namun ia menemukan kedamaian
dengan hal tersebut.
Bila melihat sebuah proses, mungkin saja mereka yang
sekarang berbicara tentang kesuksesan, pencapaian materi berlimpah, nanti
akhirnya akan melepaskan hal tersebut dan memilih hidup sederhana penuh
kedamaian seperti pendahulu mereka. Namun sekali lagi, bila kita telah melihat
sebuah pelajaran di depan mata, mengapa kita tidak mengambil hikmah dari hal
tersebut? Ya bila umur masih ada dan akan sampai kapan menunggu titik itu
datang? Bila tiba-tiba mengalami hal seperti vokalis Nirvana, Curt Cobain atau penyanyi Whitney Houston, bagaimana? Mereka terlambat mengambil keputusan
dan terlanjur masuk dalam situasi yang mengimpit jiwa mereka.
Mengapa kita selalu mengabaikan pelajaran-pelajaran berharga yang lewat
di depan mata kita?
Untuk hidup dan memenuhi kebutuhan kita memang perlu uang,
bukan perlu kaya. Untuk menciptakan ambisi agar selalu termotivasi setiap hari,
semangat setiap hari, sangat dianjurkan membuat sebuah goal atau mimpi yang
besar. Namun sangat dianjurkan juga bahwa goal atau mimpi tersebut bukan
merupakan pemuasan keinginan pribadi, tapi mengarah kepada manfaat yang bisa
dirasakan oleh lingkungan sekitar atau orang banyak.
Ketika seseorang terserap dan hanyut dalam pengejaran mimpinya, maka ia
tidak akan bisa menikmati kehidupannya.
Sebuah cerita reflektif yang bisa kita nikmati:
Seorang murid sedang bercakap-cakap dengan gurunya tentang
keputusannya,
“Guru, sampai kapan aku harus mengejar kekayaan?”
“Sampai kamu sadar bahwa harta tidak akan membantumu dalam
perjalanan jiwamu”
“Kalau begitu saya akan berhenti mengejar kekayaan, berhenti
bekerja, dan menekuni jalan kedamaian”
“Bila demikian, kamu menjadi orang terbodoh dan menambah
dunia ini satu orang bodoh lagi.”
“Lho, Guru tadi bilang bahwa harta tidak akan membantu. Lalu
aku ingin setiap hari mengasah jiwaku supaya tertuntun”
“Dengan begitu kamu menjadi orang yang sangat egois! Kamu
hanya memikirkan perkembangmu sendiri, yang kamu perhatikan dirimu sendiri.
Bagaimana dengan orang-orang kelaparan yang perlu makan?”
“Guru, aku bingung!”
“Kejarlah kekayaan dan bekerjalah. Namun jangan terikat
dengan itu semua!”
Salam sukses!
Agung Webe
No comments:
Post a Comment