Kunjungi pula Situs Utama dan foto training Agung Webe

Agung Webe, penulis buku motivasi dan trainer pemberdayaan diri

Thursday, September 6, 2012

PERUNDINGAN BUKANLAH PERTANDINGAN

Mengawal sebuah perundingan disebuah perusahaan antara management dengan karyawannya memberikan saya sebuah inspiasi untuk menulis artikel ini.

Bagi sebagian besar orang, baik itu mereka yang duduk di management maupun mereka sebagai karyawan, ketika mengawali sebuah perundingan banyak yang belum memahami bahwa berunding bukanlah bertanding.
Berunding dan bertanding mempunyai terminology sendiri-sendiri dan tentunya mempunyai goal sendiri-sendiri.  Dalam bertanding ia mempunyai goal menang dan mengalahkan, sementara dalam berunding ia mempunyai goal mencari solusi dari masalah yang ada.
Seorang yang melangkah dalam perundingan dengan pikiran bertanding akan mengalami ego  yang sangat besar. Ia akan mempertahankan pendapatnya dengan tujuan menang sementara ia tidak melakukan ‘Shifting Mind’ yaitu melihat dari sisi lain dari cara pandangnya sendiri. Berunding yang bertanding akan mengalami dead lock yang tidak menghasilkan apa-apa kecuali rasa sakit hati telah dikalahkan atau rasa sombong telah memenangkan.

Mempertahankan pendapat dalam berunding bukanlah dengan cara yang kaku yang harus dipertahankan tanpa melihat kemungkinan lainnya. Artinya kedua belah pihak harus duduk dalam pikiran yang menyeberang. Saya mengatakan ‘pikiran yang menyeberang’, yaitu pihak satu mencoba berpikir tentang masalah yang ada dari sisi pihak dua, sementara pihak dua juga mencoba berpikir tentang masalah yang ada dari sisi pihak satu.
Bila kedua belah pihak hanya berpikir dari sisinya masing-masing, ia hanya akan melihat dari satu perspective yang ada dan tidak akan menemukan solusi dari kedua belah pihak. Si karyawan hanya akan berpikir bahwa semua tuntutan harus dipenuhi, dan si perusahaan hanya berpikir bahwa semua tuntutan karyawan harus ditolak. Titik temu dan solusi dari masalah yang ada tidak akan ditemukan karena kedua belah pihak berpikir bahwa ini adalah arena pertandingan.

Perundingan harus diawali dengan adanya “Trust”.
Kepercayaan yang harus dibangun adalah kepercayaan dua arah. Pihak satu percaya kepada pihak dua dan pihak dua percaya kepada pihak satu. Dalam hal perundingan di dalam perusahaan, tidak akan pernah terjadi hubungan yang baik bila hanya dari sisi perusahaan yang mengharapkan bahwa karyawannya mempunyai kepercayaan kepada perusahaan. Perusahaan itu sendiri harus membangun “trust” karyawannya.

Berapa banyak perundingan yang dilakukan dengan paradigma pertandingan yang akhirnya hanya menghasilkan dead lock dan merugikan kedua belah pihak? Semangat dalam berunding adalah solusi, sementara semangat dalam bertanding adalah kemenganan diri.
Bila anda masuk dalam perundingan, sebaiknya saatnya untuk mengajak tim anda introspeksi apakah paradigma yang diusung adalah berunding atau bertanding? Tentu saja bila anda mempunyai 10 hal yang akan dirundingkan, anda tidak akan memegang prinsip bahwa 10 hal tersebut harus dimenangkan. Namun prinsip anda adalah melihat masalah yang ada bila 10 hal tersebut dilakukan dari sisi pihak lainnya. Kemudian dari pihak yang lain tentu saja akan berpikir tentang masalah yang ada bila 10 hal tersebut tidak dipenuhi.

Intinya berunding adalah melihat kepentingan dari pihak lain. Masing-masing pihak harus melihat kepentingan dari sisi lainnya dan masalah yang timbul dari pihak yang lain. Bila masing-masing pihak hanya melihat dari hal yang menguntungkan dirinya, maka perundingan akan gagal. Untuk itu jangan pernah berunding bila paradigma anda adalah keras kepala untuk mempertahankan pendapat dan memenangkannya. Datanglah ke dalam perundingan bila paradigma anda adalah mencari solusi dari titik tengah masalah yang sedang dihadapi.

Sebuah management harus melihat dari sisi kesulitan karyawan dan karyawan juga harus melihat dari sisi kesulitan management.
Jadikanlah perundingan merupakan arena untuk ‘shifting mind’ dari kedua belah pihak. Duduk berdua dengan menukar cara pandang sehingga masing-masing pihak menemukan ‘way out’ dari kesadaran atas masalah yang ada.
Akhirnya kita menyadari bahwa hasil akhir perundingan bukanlah siapa yang menang dan siapa yang kalah, namun adalah reward to reward, yaitu keuntungan untuk kedua belah pihak.

Salam sukses
Agung Webe

No comments: