Kunjungi pula Situs Utama dan foto training Agung Webe

Agung Webe, penulis buku motivasi dan trainer pemberdayaan diri

Thursday, August 9, 2012

JIN, dalam sebuah visi

Banyak orang mengenal sosok Jin sebagai sebuah makhluk besar, bisa menghilang dan muncul kapan saja serta dimana saja. Sebuah ayat suci berbunyi: (QS Dzariyat: 56),: Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembahKu.
Dalam ayat tersebut terlihat disebutkan dua sosok, yaitu Jin dan Manusia. Artinya bila seseorang membacanya dan mencoba mengartikannya secara ‘harafiah’ maka tentu saja Jin diartikan sebagai makhluk tandingan manusia. Dan ini sangat wajar sekali karena gambaran Jin sudah terlanjur digambarkan melalui buku, film dan cerita turun-temurun dengan bentuk yang kita kenal saat ini.
Karena ini sebuah pemahaman, maka tidak ada yang salah dengan pemahaman. Yang menggambarkan Jin sebagai makhluk yang hidup dengan postur tinggi besar namun tidak tampak oleh manusia adalah sesuatu yang benar dari sudut pandang pemahaman yang dialaminya.

Kali ini saya akan mengajak untuk melihat dari sudut pandang yang lain, yaitu sudut pandang dari evolusi pikiran yang merekonstruksi pikiran lama untuk membuat makna baru dalam visi masa depan.
Pertama adalah Mitologi.
Mitologi berasal dari kata ‘mitos’, yaitu sebuah keyakinan yang diyakini turun temurun oleh sekelompok orang atau daerah atau bangsa dimana mereka meyakini tentang kebenarannya.
Kata ‘Jin’ jika dilihat dari Mitologi Arab, yaitu kepercayaan sebelum Islam dimana masyarakatnya meyakini sebuah kekuatan lain selain manusia yang berkuasa dan dapat membantu manusia. Kita harus membedakan Mitologi Arab dan Islam. Islam lahir di Arab, namun tetap saja bahwa Islam bukanlah Arab. Karena Islam lahir di Arab, oleh sebab itu maka Islam beradaptasi dengan seluruh budaya Arab, termasuk Mitologi di dalamnya.
Jin merupakan Mitologi Arab, seperti Ratu Kidul yang merupakan Mitologi dari masyarakat pesisir Jawa.
Dari bahasa Arab sendiri kata Jin berarti ‘sesuatu yang tak nampak’. Dalam arti bahasa ini tentu saja mengandung makna simbolis yang sangat luas untuk diredefinisi.

Pada jaman tersebut, pengetahuan tentang bagian-bagian tubuh manusia belumlah dikenal. Jangankan atom, partikel atau quantum. Bagian yang bernama sel yang merupakan bagian dari tubuh terdekat saja belum diketahui. Untuk menyebut apa yang dinamakan partikel, atom, electron atau bahkan Quantum bisa disebut dengan sebutan ‘Jin’, yaitu sesuatu yang tak nampak.
Kemudian ‘sesuatu yang tak nampak tersebut’ (Jin) menempati alam yang dinamakan alam Ghaib. Secara terminologis bahasa, arti dari Ghaib adalah ‘sesuatu yang tidak dapat dijangkau’. Artinya, entah apakah itu partikel, atom, electron maupun Quantum berada pada sebuah tempat (alam) yang tidak dapat dijangkau (Ghaib).
Dengan pemahaman ini, maka apa yang tertulis dalam (QS Dzariyat: 56),: Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembahKu. Dapat kita maknai demikian:
Bahwa Jin (sesuatu yang tak nampak) bisa itu berupa partikel, atom, electron, quantum atau pikiran itu sendiri, semuanya untuk menyembah Allah. Tidak ada satupun pergerakan di muka bumi ini yang luput dari rencana Allah. Oleh sebab itu dikatakan bahwa: ‘Tidaklah aku ciptakan Jin dan Manusia …. ‘

Rancunya pemahaman tentang Jin adalah tercampurnya dengan Mitologi sehingga Jin yang dikenal secara umum adalah Jin yang punya sosok dengan badan besar, dan suka mengganggu manusia.

Kita akan mencoba untuk menengok dunia pikiran, partikel, atom, electron ataupun quantum. Semua hal tersebut bisa dikatakan hidup dan berdampingan dengan manusia. Mengapa saya katakan hidup? Karena semua hal tersebut mempunyai kecerdasan untuk bergerak sesuai dengan jalan yang ditetapkan untuk mereka. Bahkan dunia pikiran dapat menciptakan proyeksi dari apa yang digambarkan dari dalam pikiran itu sendiri.
·         Bila dikatakan bahwa Jin dapat mengganggu manusia, itu sangat betul sekali. Dalam arti demikian, bahwa pikiran, partikel, atom, electron, dan quantum dapat mengganggu kehidupan manusia. Mereka dapat menyebabkan sakit bahkan kematian sekalipun apabila mereka dalam keadaan yang bertolak belakangan dengan tubuh manusia.
·         Bila dikatakan bahwa Jin dapat membantu manusia, itu sangat betul sekali. Dalam arti demikian, bahwa pikiran, partikel, atom, electron dan quantum bila dikelola dengan baik akan sangat membantu kehidupan. Mereka dapat mewujudkan mimpi jadi kenyataan, bahkan pengelolaan pikiran itu sendiri dapat menyebabkan kekuatan yang luar biasa dalam hidup manusia, termasuk pencapaian-pencapaian goal dalam kehidupan.
·         Bila dikatakan bahwa Jin mempunyai kekuatan yang luar biasa dibanding manusia, itu sangat betul sekali. Dalam arti demikian, bahwa pikiran, partikel, atom, electron, dan quantum adalah energy yang besar, dan dapat menjadi lebih besar dengan pengelolaannya daripada kekuatan fisik manusia itu sendiri. Kekuatan pikiran lebih dahsyat dari kekuatan fisik yang ada.
·         Bila dikatakan bahwa alam Jin adalah alam Ghaib, itu sangat betul sekali. Dalam arti demikian, bahwa pikiran, partikel, atom, electron, dan Quantum adalah Ghaib atau sesuatu yang tidak dapat dijangkau. Artinya tidak dapat dijangkau oleh fisik manusia.

Jin, bagi saya dalam pandangan sebuah visi adalah analogi dari sesuatu yang tak nampak yang mempunyai kekuatan yang lebih besar daripada fisik manusia, yaitu pikiran, partikel, atom, electron, dan quantum.
Dikatakan bahwa ada Jin yang baik dan ada Jin yang jahat. Disini adalah untuk menggambarkan bahwa mereka tersebut (pikiran, partikel, atom, electron, dan quantum) dapat bersifat baik (membantu) atau jahat (merusak). Dimana sifat jahat adalah dianalogikan dengan Syetan. Disini kita memahami pengertian yang mengatakan bahwa manusia bisa bersahabat dengan Syetan, dan Jin juga dapat bersahabat dengan Syetan.

Bila seseorang sedang mempelajari cara-cara mengolah pikiran mereka, entah itu law of attraction, brain power, master mind, dll, maka dapat dikatakan bahwa seseorang sedang memelihara dan melatih Jin dalam dirinya. Sedangkan semua Jin tersebut tetaplah tunduk untuk beribadah kepada Allah, karena pikiran, partikel, atom, electron, dan quantum tetaplah berjalan sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Allah.
Manusia melalui raga fisiknya dapat mati, sedangkan Jin (pikiran, partikel, atom, electron, dan quantum)  berumur sangat panjang dan tetap ada walau raga fisik manusia telah mati.

Jadi memang benar apa yang dikatakan dalam ayat tersebut, (QS Dzariyat: 56),: Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembahKu.

Salam Jin!



4 comments:

Anonymous said...

artikel yang sangat membangun di bulan ramadhan ini, lanjut pak agung... ^_^

Edvan said...

Artikel yang mencerahkan Pa. Terus apakah 'Jin' juga punya kebebasan untuk memilih Sikap, Tindakan maupun pemaknaan atas sesuatu sebagaimana manusia juga Pa? Terimakasih atas pencerahannya..

Edvan said...
This comment has been removed by the author.
adi rahman said...

jin bisa ditinjau dari segi bahasa :
jin berasal dari kata janaa - yajunu
yang berarti "gila, tak terjangkau" dll, dari kata dasar ini (fiil madhi) terbentuk kata lain : majnun (berarti gila), jin (sejenis makhluk/benda yg tak terjangkau akal/otak)