Ketika saya menyusuri masyarakat di sepanjang Pantai Selatan,
terutama Pantai Selatan Yogyakarta, banyak yang bercerita tentang sosok Ratu
Kidul. Beberapa di antaranya bahkan mendeskripsikan fisik dan pakaiannya, yang
mereka ‘klaim’ bahwa mereka pernah
bertemu dengan Ratu Kidul. Banyak yang belum pernah berjumpa secara langsung
namun sangat percaya keberadaan Ratu Kidul. Keberadaan Ratu Kidul yang
menguasai Pantai Selatan bahkan membawa pengaruh terhadap tatanan kehidupan
yang mereka percayai.
Bagaimana kepercayaan ini bisa tercipta dan sampai sekarang
tetap dipegang teguh?
Untuk ini marilah kita masuk lewat apa definisi mitos,
legenda, dan cerita rakyat, dimana ketiga hal
tersebut sangat berbeda maknanya.
‘Cerita rakyat belum
tentu menjadi legenda, dan belum tentu menjadi sebuah mitos’
Ratu Kidul, pertama kali bisa dikatagorikan sebagai cerita
rakyat, karena ia tidak diketahui sumber utamanya, namun cerita tentangnya
disebarkan dari mulut ke mulut secara turun temurun dan menjadi ‘efek domino’ yang tersebar. Karena cerita
tentang Ratu Kidul tidak terdapat pada sumber sejarah resmi, dan tidak terdapat
prasasti (bisa berupa candi, lontar,
peninggalan budaya) atau peninggalan yang bisa dijadikan bukti nyata, untuk
itu kita akan memasukkan cerita Ratu Kidul sebagai cerita rakyat.
Cerita rakyat yang mempunyai efek penyebaran yang luar biasa
dan sering dibicarakan masyarakat daripada cerita rakyat lainnya, maka cerita
tersebut dapat menjadi Legenda. Legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan
peristiwa sejarah. Dalam hal Ratu Kidul, kaitannya dengan sejarah adalah
sejarah Raja-raja Mataram. Legenda berbeda sedikit dengan Mitos. Dalam legenda,
cerita tersebut dianggap benar-benar terjadi namun tidak dianggap suci seperti
dalam mitos. Legenda juga dikatagorikan tentang hal-hal yang berdasarkan
sejarah yang mengandung sesuatu hal yang ajaib atau kejadian yang menandakan
kesaktian.
Ratu Kidul juga masuk dalam definisi mitos, yaitu
cerita yang dianggap benar-benar terjadi dan dianggap suci. Mitos adalah
keyakinan atau kisah populer yang dikaitkan seseorang, kejadian, atau
lingkungan, yang menjadi bagian suatu ideology. Mitos juga bisa dikatakan
sebagai sebuah kepercayaan yang dipercaya secara luas namun tidak ditemukan
fakta nyata yang berhubungan dengannya.
Karena sebuah Mitos menjadi bagian dari suatu ideology, maka
bila mitos ini dipandang dari luar komunitas yang tidak mempercayainya, maka
sebuah mitos tidak bisa dikatakan sebagai sesuatu yang salah. Artinya salah dan
benar disini tergantung kepada manfaat dari suatu komunitas dan bagaimana
mereka menerapkan manfaat dari ‘efek’ mitos tersebut.
Dalam Babad Tanah Jawa, yaitu sebuah buku
yang menjadi rujukan sejarah dengan pusat sejarah Kerajaan Mataram, juga kental
dengan mitos dan pengkultusan. Oleh sebab itu bagi para ahli sejarah juga tetap
melakukan pemilahan di dalamnya. Namun berkaitan dengan Ratu Kidul, kita
menemukan benang merahnya pada saat sejarah awal dibangunnya Mataram oleh
Panembahan Senopati yang rencanakan oleh Ki Juru Mertani.
Kembali kepada Mitos,
Legenda, dan Cerita rakyat. Sekarang
kita memahami bagaimana cerita Ratu Kidul berkembang dari cerita rakyat menjadi
Legenda dan menjadi Mitos. Dengan pemahaman ini kita tidak akan berdebat lagi
sumbernya dari mana, bagaimana itu menjadi legenda dan bagaimana hal tersebut
menjadi mitos. Cerita Ratu Kidul memang tidak diketahui dengan jelas kapan
berawal, namun kita dapat melihat bahwa cerita ini mencapai puncak tertinggi
keyakinannya pada keyakinan dinasti Mataram, yiatu bahwa Ratu Kidul merupakan
istri spiritual dari Raja Mataram.
Benarkah bahwa Ratu Kidul adalah istri spiritual Raja-raja Mataram?
Untuk itu marilah kita masuk ke dalam Babad Tanah Jawa untuk
menelusuri awal mula berdirinya kerjaan Mataram yang sebelumnya berupa hutan
lebat yang bernama Hutan Mentaok (posisi
hutan ini sekarang adalah daerah yang bernama Kotagede di Yogyakarta).
Di dalam mitologi kebatinan Jawa, dikenal istilah “telu-teluning atunggal” yaitu tiga sosok
yang menjadi satu kekuatan. Yaitu, Eyang Resi Projopati, Panembahan Senopati,
dan Ratu
Kidul. Eyang Resi Projopati adalah penguasa Gunung Merapi, Panembahan
Senopati adalah penguasa Mataram, dan Ratu Kidul adalah penguasa pantai
selatan.
Disini kita bisa melihat betapa mitologi kebatinan Jawa ini
mengajarkan keseimbangan ekologi alam semesta antara gunung, perkotaan, dan laut.
Bila Ratu Kidul ini sudah ada sebelum kerajaan Mataram,
dimana perannya pada masa Majapahit, Singasari, atau Sriwijaya? Mengapa hanya
Raja Mataram saja yang memperistri Ratu Kidul?
Apakah anda mendengar bahwa raja Majapahit atau Singasari
juga memperistri Ratu Kidul? Atau raja Sriwijaya juga memperistri Ratu Kidul? Bukankah
sumpah dari Ratu Kidul adalah menjadi istri Raja Mataram seterusnya?
Kalau kita lihat pada bagian ini, yaitu bahwa Ratu Kidul
hanya untuk Raja Mataram, artinya ada yang menjadi ‘missing part’ atau bagian
yang hilang. Atau bahkan jangan-jangan menjadi ‘hidden part’ yaitu bagian
yang disembunyikan? Apakah ada seorang ahli yang sengaja menghadirkan Ratu
Kidul bagi Raja Mataram?
Kalau dikatakan ahli, seseorang ini memang ahli dan menguasai
seluk beluk ‘cara kerja’ pikiran manusia. Dialah Ki Juru Mertani, sebagai
penasehat Panembahan Senopati.
Mari kita lihat sebentar kerajaan yang ada sebelum
Panembahan Senopati ( Sutawijaya )
membuka hutan Mentaok sebagai kerajaan Mataram. Sebelum Mataram berdiri, yang
ada adalah kerajaan Pajang dan Demak. Namun penguasa Pajang (Hadiwijaya)
maupun Demak (Sunan Prawoto) tidak menyentuh sama sekali keberadaan Ratu Kidul
ini, bahkan tidak mengatakan (sebagai
raja Jawa) memperistri Ratu Kidul. Jadi keberadaan Ratu Kidul ini
benar-benar populer setelah Panembahan
Senopati (Sutawijaya) menjadi
Raja Mataram.
Dimanakah ‘Missing Part’ atau bahkan ‘Hidden
Part’ ini terjadi?
(bersambung)
No comments:
Post a Comment