Mogok kerja memang merupakan sebuah tindakan yang tidak melanggar hukum, selama hal-hal atau perundingan sebelumnya telah dilaksanakan. Lagi pula untuk kasus para Pilot ini, mereka telah mengumumkan jauh-jauh hari sebelumnya di media sehingga diharapkan para penumpang dapat melakuan re-arrange jadwal terbang mereka.
Terlepas dari apa yang dituntut oleh para Pilot Garuda ini, yang jelas aksi mogok tersebut menggambarkan ada ketidak beresan di tubuh management Garuda. Ketidak beresan tersebut tidak hanya dari sisi management, namun juga dari sisi karyawan.
Alasan klasik pada sebagian aksi mogok yang terjadi di negeri ini adalah system remunerasi yang tidak jelas. System remunerasi yang baik dan dipahami karyawan akan bisa membantu menciptakan budaya kerja yang diinginkan.
Bagi karyawan professional, menuntut kenaikan gaji tinggi adalah hal yang wajar, ia harus dibayar sesuai dengan kontribusi yang telah dilakukannya. Namun focus yang terjadi bukanlah terus kepada menuntut dan selalu menuntut kenaikan gaji, namun focus kepada perbedaan atas kompetensi mereka dari yang lain.
Apakah kenaikan gaji harus dituntut karena naiknya inflasi dan nilai kebutuhan hidup? Hal ini juga harus dipikirkan masak-masak, karena sampai kapanpun, besarnya gaji tidak akan dapat mengejar naiknya inflasi dan kebutuhan hidup.
Dari sisi karyawan, terancamnya zona nyaman bagi karyawan lama yang terbiasa duduk enak dan tidak terganggu, kemudian tiba-tiba ada rencana perubahan perusahaan yang menyebabkan posisinya terusik, adalah hal-hal yang biasa mencetuskan protes atas nama ketidak-adilan management.
Ya, kadang sebuah perusahaan harus melakukan sebuah perubahan radikal ( radical changes ) untuk menghadapi tantangan dan persaingan dari perusahaan sejenis yang ada. Perubahan radikal ini yang selalu ‘mengancam’ posisi para karyawan lama yang selama ini menikmati fasilitas perusahaan dengan leluasa.
Dari sisi perusahaan, apabila ia memutuskan melakukan perubahan radikal yang tentu saja akan membuat kaget berbagai pihak karyawan, harus dilakuan dengan transparan tentang goal dan strategi, tentang dampak keuntungan dan kerugian. Perubahan bukanlah tentang perintah untuk berubah, namun tentang bagaimana para pimpinan yang kemudian diteruskan oleh para manager untuk menjual perubahan tersebut.
Seorang pimpinan perusahaan sedang menjual ide perubahan kepada anak buahnya, dan apabila pimpinan perusahaan tersebut berhasil menjual idenya ( bukan memerintah ), maka anak buah akan dengan sadar membelinya, kemudian mendukungnya, bahkan rela berkorban karena ada kejelasan dari strategi, goal, keuntungan dan kerugian yang terjadi.
Apabila kita melihat perkembangan Garuda yang demikian pesat, bisa jadi para pimpinan sedang melakukan radical change dalam waktu yang singkat. Kita bisa melihat dari peremajaan pesawat yang demikian banyak, masuknya dalam IPO, penambahan rute baru yang cepat, pemangkasan organisasi, penerimaan pegawai secara besar, hal itu semua menggambarkan sedang terjadi perubahan radikal disana.
Perubahan radikal itulah yang mungkin saja tidak berhasil di jual oleh para pemimpin Garuda kepada para Karyawannya, sehingga tidak terjadi karyawan yang loyal, bahkan rela berkorban untuk perubahan tersebut.
Padahal, sebuah perubahan yang jelas, tentu saja akan meningkatkan profit perusahaan. Dengan adanya profit yang meningkat otomatis kesejahteraan karyawan juga akan meningkat.
Aksi mogok para Pilot tanggal 28 Juli lalu terus terang harus menjadi pelajaran berharga bagi perusahaan Garuda sendiri, atau bagi para karyawannya. Bagi perusahaan, harus terjadi transparansi dari system remunerasi yang dibuat. Ada reward yang bisa terlihat setelah karyawan melakukan upaya plus resiko. Ada janji dan komitment dari perusahaan tentang arah dari perubahan radikal tersebut. Apabila perubahan itu berhasil, apa yang akan didapat karyawan yang telah berupaya dengan sungguh-sungguh menggulirkan perubahan tersebut? Dan juga apabila perubahan itu gagal, apa yang akan ditanggung karyawan?
Dari sisi karyawan, karyawan harus sadar sepenuhnya bahwa focus tuntutan bukan melulu kepada kenaikan gaji dan terus tentang kesejahteraan. Karyawan harus focus kepada perbedaan kompetensinya, dan terus meningkatkan professionalism. Seperti ditulis pada majalah Swa edisi 16 oleh Kusnan M. Djawahir: “Memiliki perbedaan kompetensi dibanding yang lain, punya passion dalam bekerja, serta memiliki karakter dan attitude yang positif bisa mengubah posisi anda dari mengejar gaji menjadi dikejar gaji.”
Salam sukses!
Agung Webe
Self Empowerment Training & Consulting
http://www.agungwebe.net
Bagi karyawan professional, menuntut kenaikan gaji tinggi adalah hal yang wajar, ia harus dibayar sesuai dengan kontribusi yang telah dilakukannya. Namun focus yang terjadi bukanlah terus kepada menuntut dan selalu menuntut kenaikan gaji, namun focus kepada perbedaan atas kompetensi mereka dari yang lain.
Apakah kenaikan gaji harus dituntut karena naiknya inflasi dan nilai kebutuhan hidup? Hal ini juga harus dipikirkan masak-masak, karena sampai kapanpun, besarnya gaji tidak akan dapat mengejar naiknya inflasi dan kebutuhan hidup.
Dari sisi karyawan, terancamnya zona nyaman bagi karyawan lama yang terbiasa duduk enak dan tidak terganggu, kemudian tiba-tiba ada rencana perubahan perusahaan yang menyebabkan posisinya terusik, adalah hal-hal yang biasa mencetuskan protes atas nama ketidak-adilan management.
Ya, kadang sebuah perusahaan harus melakukan sebuah perubahan radikal ( radical changes ) untuk menghadapi tantangan dan persaingan dari perusahaan sejenis yang ada. Perubahan radikal ini yang selalu ‘mengancam’ posisi para karyawan lama yang selama ini menikmati fasilitas perusahaan dengan leluasa.
Dari sisi perusahaan, apabila ia memutuskan melakukan perubahan radikal yang tentu saja akan membuat kaget berbagai pihak karyawan, harus dilakuan dengan transparan tentang goal dan strategi, tentang dampak keuntungan dan kerugian. Perubahan bukanlah tentang perintah untuk berubah, namun tentang bagaimana para pimpinan yang kemudian diteruskan oleh para manager untuk menjual perubahan tersebut.
Seorang pimpinan perusahaan sedang menjual ide perubahan kepada anak buahnya, dan apabila pimpinan perusahaan tersebut berhasil menjual idenya ( bukan memerintah ), maka anak buah akan dengan sadar membelinya, kemudian mendukungnya, bahkan rela berkorban karena ada kejelasan dari strategi, goal, keuntungan dan kerugian yang terjadi.
Apabila kita melihat perkembangan Garuda yang demikian pesat, bisa jadi para pimpinan sedang melakukan radical change dalam waktu yang singkat. Kita bisa melihat dari peremajaan pesawat yang demikian banyak, masuknya dalam IPO, penambahan rute baru yang cepat, pemangkasan organisasi, penerimaan pegawai secara besar, hal itu semua menggambarkan sedang terjadi perubahan radikal disana.
Perubahan radikal itulah yang mungkin saja tidak berhasil di jual oleh para pemimpin Garuda kepada para Karyawannya, sehingga tidak terjadi karyawan yang loyal, bahkan rela berkorban untuk perubahan tersebut.
Padahal, sebuah perubahan yang jelas, tentu saja akan meningkatkan profit perusahaan. Dengan adanya profit yang meningkat otomatis kesejahteraan karyawan juga akan meningkat.
Aksi mogok para Pilot tanggal 28 Juli lalu terus terang harus menjadi pelajaran berharga bagi perusahaan Garuda sendiri, atau bagi para karyawannya. Bagi perusahaan, harus terjadi transparansi dari system remunerasi yang dibuat. Ada reward yang bisa terlihat setelah karyawan melakukan upaya plus resiko. Ada janji dan komitment dari perusahaan tentang arah dari perubahan radikal tersebut. Apabila perubahan itu berhasil, apa yang akan didapat karyawan yang telah berupaya dengan sungguh-sungguh menggulirkan perubahan tersebut? Dan juga apabila perubahan itu gagal, apa yang akan ditanggung karyawan?
Dari sisi karyawan, karyawan harus sadar sepenuhnya bahwa focus tuntutan bukan melulu kepada kenaikan gaji dan terus tentang kesejahteraan. Karyawan harus focus kepada perbedaan kompetensinya, dan terus meningkatkan professionalism. Seperti ditulis pada majalah Swa edisi 16 oleh Kusnan M. Djawahir: “Memiliki perbedaan kompetensi dibanding yang lain, punya passion dalam bekerja, serta memiliki karakter dan attitude yang positif bisa mengubah posisi anda dari mengejar gaji menjadi dikejar gaji.”
Salam sukses!
Agung Webe
Self Empowerment Training & Consulting
http://www.agungwebe.net
No comments:
Post a Comment