Kunjungi pula Situs Utama dan foto training Agung Webe

Agung Webe, penulis buku motivasi dan trainer pemberdayaan diri

Friday, July 15, 2011

DARSEM DAN HUKUM PANCUNG SAUDI ARABIA

Sebuah potret kehidupan telah direkam oleh Darsem dan disuguhkan kepada kita semua. Begitu sulitkah mencari nafkah di negeri sendiri? Begitu banyakkah yang harus dipertaruhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup, termasuk harga diri dan juga mahkota wanita?

Beberapa kali saya bertemu, bahkan satu pesawat dalam penerbangan dari Saudi Arabia ke Jakarta, bersama puluhan para ‘Tenaga Kerja Indonesia’ ini dan saya sempatkan ngobrol dengan puluhan ‘Darsem’ lainnya.
Memang ironis memang, di saat negeri sendiri tidak menyediakan lapangan pekerjaan, dan bekerja di negeri seberang dengan segudang tantangan bagi ‘Darsem-Darsem’ seperti ini. Kemudian hukum di negeri seperti itu, apalagi Saudi Arabia sudah tentu ‘bertepuk sebelah tangan’
Darsem, seorang ibu yang berasal dari kampong Trungtum, Subang – Jawa Barat, pada tahun 2006 memutuskan mengadu nasib untuk bekerja di Saudi Arabia, dan pada tanggal 13 Juli 2011 kemaren, Dasem dinyatakan bebas dari hukum pancung Saudi Arabia dengan syarat membayar diyat senilai 4,6Milyar!
Mengapa Darsem terkena tuntutan hukum pancung?
Darsem telah membunuh kerabat majikannya yang mencoba memperkosa dirinya!

Di rumah ‘benteng’ Saudi Arabia ( saya katakan rumah ‘benteng’ karena memang seluruh rumah di sana dikelilingi tembok tinggi sebagai benteng ) sehingga apapun kejadian yang terjadi di dalam rumah merupakan acara pribadi sang pemilik rumah. Untuk kasus pemerkosaan seperti itu sudah jelas dan pasti hanya mereka berdua yang mengalami dan minimnya saksi yang ada.
Tidak hanya Darsem, dari hasil investigasi saya dengan para ‘Tenaga Kerja Indonesia’ ini di pesawat terbang, saya banyak menemukan kasus percobaan pemerkosaan maupun yang sudah diperkosa!

Akankah calon-calon ‘Darsem’ lainnya menyadari hal ini? Walaupun tidak semua orang Saudi Arabia melakukan hal tersebut, namun sudah banyak kasus yang memberikan contoh tentang kejadian seperti itu. Hukum Saudi Arabia memang jelas-jelas bertepuk sebelah tangan untuk status Tenaga Kerja seperti ini, bahkan sering ‘dikalahkan’

Saat ini Darsem bisa menarik nafas lega, dia diijinkan pulang dengan status dideportasi setelah kasus tersebut. Darsem kini bisa bertemu anaknya, Syafii yang telah berusia 4 tahun. Syafii ditinggal Darsem untuk mengadu nasib ke Saudi saat berumur 9 bulan.

Bagi anda, para ibu, sudah tentu dapat membayangkan bagaimana kondisi perasaan anda dengan harus memutuskan untuk bekerja meninggalkan anak yang masih bayi dengan waktu yang sangat lama. Perkembangan mental seorang bayi memang membutuhkan sentuhan ibu, kasih sayang ibu, perhatian dan bimbingan sang ibu.
Bagi Syafii, dia kehilangan pelukan seorang ibu sejak berumur 9 bulan hingga dia berumur 4 tahun, dan bahkan nyaris kehilangan pelukan ibunya selama-lamanya.
Bagi Darsem, ini memang sebuah pilihan yang sulit! Pilihan memenuhi kebutuhan financial keluarga, dan pilihan untuk mendampingi perkembangan anaknya pada masa ‘golden age’. Ternyata bagi Darsem, ia memilih untuk meninggalkan anaknya untuk sebuah kebutuhan mendesak yang bernama ‘financial needs’

Masalah ini tentu saja bukan hanya masalah bagi Darsem, namun masalah bagi hampir semua masyarakat kita. Tentu saja kita punya pilihan, dan kita bebas memilih dengan konsekuensi kita sendiri, karena hidup itu memang sebuah pilihan dengan kehendak bebas kita sebagai manusia.

Salam cerdas Indonesia
Agung webe
http://www.agungwebe.net

No comments: