Seorang tante sendirian sedang antri di sebuah kasir bank. Kalau saya katakan tante, ya tentu saja adalah sesuai diskripsi anda, karena bukan saya katakan seorang perempuan, seorang wanita, atau seorang ibu.
Seorang tante, ya tante! Masih nggak jelas, oke lah saya diskripsikan tentang tante ini. Berumur di atas 40 tahun, dengan dandanan rapi bahkan terkesan mahal. Menenteng tas ‘branded’ international. Model rambutnya masa kini beserta make up yang menyebabkan terlihat cantik, walaupun tanpa make up juga cantik. Dan satu lagi tentunya yaitu seksi!
Tante tersebut berdiri dengan menyilangkan kaki karena antrian yang panjang. Entah sengaja atau tidak, dengan menyilangkan kaki seperti itu semakin nampak bahwa kakinya memang bagus.
Beberapa mata laki-laki yang berada di ruangan bank tersebut sesekali mencuri pandang kearah tante itu. Mungkin dalam batin para lelaki itu adalah, “semoga antrian semakin panjang”
Karena antrian memang terlalu panjang, dan kasir yang melayani hanya dua orang ( tidak seperti sebuah bank yang para kasirnya memang cekatan dan terlihat professional ), maka tante itu memutuskan untuk keluar dari antrian dan duduk.
“Kalau duduk, antrian di belakang semakin panjang lho tante,” kata laki-laki di sebelahnya
“Nggak apa-apa panjang, yang penting saya nyaman.”
Laki-laki itu diam sejenak karena mikir, nyambung nggak sih jawaban si tante dengan pertanyaan dia. Atau jangan-jangan! Segera pikirannya bertempur dalam asumsi-asumsi yang dia bangun sendiri atas dasar apa yang pernah ia alami.
Lelaki itu berusaha mempertahankan pikiran warasnya yang sedang berusaha dikuasai oleh ‘peta’ pikirannya sendiri. Dia sadar bahwa mengambil keputusan yang salah atas dasar percaya kepada ‘peta’ sementara dari pikirannya adalah fatal!
Akhirnya lelaki tersebut mencoba melakukan pertanyaan tambahan untuk mengetahui apa yang dimaksud ‘nyaman’ oleh tante tersebut.
“Kok bisa nyaman tante kalau panjang?”
“Yang nyaman saya disini, duduk di sini. Yang antri panjang itu ya jelas nggak nyaman.”
Ah, akhirnya lelaki tersebut berhasil membongkar ‘peta’ palsu dalam pikirannya. Gugurlah asumsi-asumsi yang ditimbulkan oleh visualnya, walaupun ia juga menimbulkan asumsi lain karena pengaruh wangi parfum!
“Mau ambil kredit juga ya tante?”
“Iya, mendesak nih”
“Kalau boleh saya sarankan jangan di bank ini karena bunganya besar”
“Waduh besar ya?”
Lelaki tersebut kembali diam sejenak karena kata ‘besar’ telah menyebabkan pikirannya menarik jangkar memori tentang asumsi lain dalam pikirannya.
“Iya tante besar. Saya sarankan ketempat saya saja kalau mau ambil kredit. Kebetulan saya disini sambil menawarkan kepada orang-orang yang kesulitan dengan bunga besar yang ditawarkan disini. Tapi jangan sampai ketahuan kalau saya menawarkan ini ya tante.”
“Wah boleh itu, yuk langsung saja ketempat kamu karena kebutuhanku mendesak untuk hal ini”
Akhirnya lelaki tersebut keluar bersama tante melewati antrian panjang yang ada. Semua mata memandang dan berasumsi sendiri-sendiri tentang kepergian seorang tante dengan seorang laki-laki yang baru saja dikenalnya di bank!
“Pake mobil saya saja ya, biar cepat,” kata tante itu.
“Oke nggak apa-apa tante, bank saya dekat sini juga kok.”
“Oh iya, saya tadi belum Tanya, anumu seberapa? Besar gak?”
Karena sudah terbiasa melatih diri dengan melakukan pendekatan bertanya balik tentang maksud yang belum jelas supaya tidak terjadi salah ‘peta’ pikiran, maka lelaki itu bertanya,
“Yang tante maksud dengan ‘anu’ dan besar itu yang seperti apa tante?”
“Maksud saya adalah bunga kredit di tempat kamu”
Tuh kan, hampir salah ‘peta’ lagi pikiran lelaki tersebut. Untung saja ia tidak terlalu mempercayai asumsi-asumsi pikirannya sendiri.
Tiba-tiba tante itu membelokkan mobilnya dari arah semula yang menuju ke bank lelaki tersebut.
“Ada apa tante?”
“Inikan masih jam istirahat siang, tutupnya masih lama kan? Kita ke hotel dulu yuk!”
Dan yang terjadi selanjutnya adalah asumsi anda!
Salam
Agung Webe
http://www.agungwebe.net
“Kalau duduk, antrian di belakang semakin panjang lho tante,” kata laki-laki di sebelahnya
“Nggak apa-apa panjang, yang penting saya nyaman.”
Laki-laki itu diam sejenak karena mikir, nyambung nggak sih jawaban si tante dengan pertanyaan dia. Atau jangan-jangan! Segera pikirannya bertempur dalam asumsi-asumsi yang dia bangun sendiri atas dasar apa yang pernah ia alami.
Lelaki itu berusaha mempertahankan pikiran warasnya yang sedang berusaha dikuasai oleh ‘peta’ pikirannya sendiri. Dia sadar bahwa mengambil keputusan yang salah atas dasar percaya kepada ‘peta’ sementara dari pikirannya adalah fatal!
Akhirnya lelaki tersebut mencoba melakukan pertanyaan tambahan untuk mengetahui apa yang dimaksud ‘nyaman’ oleh tante tersebut.
“Kok bisa nyaman tante kalau panjang?”
“Yang nyaman saya disini, duduk di sini. Yang antri panjang itu ya jelas nggak nyaman.”
Ah, akhirnya lelaki tersebut berhasil membongkar ‘peta’ palsu dalam pikirannya. Gugurlah asumsi-asumsi yang ditimbulkan oleh visualnya, walaupun ia juga menimbulkan asumsi lain karena pengaruh wangi parfum!
“Mau ambil kredit juga ya tante?”
“Iya, mendesak nih”
“Kalau boleh saya sarankan jangan di bank ini karena bunganya besar”
“Waduh besar ya?”
Lelaki tersebut kembali diam sejenak karena kata ‘besar’ telah menyebabkan pikirannya menarik jangkar memori tentang asumsi lain dalam pikirannya.
“Iya tante besar. Saya sarankan ketempat saya saja kalau mau ambil kredit. Kebetulan saya disini sambil menawarkan kepada orang-orang yang kesulitan dengan bunga besar yang ditawarkan disini. Tapi jangan sampai ketahuan kalau saya menawarkan ini ya tante.”
“Wah boleh itu, yuk langsung saja ketempat kamu karena kebutuhanku mendesak untuk hal ini”
Akhirnya lelaki tersebut keluar bersama tante melewati antrian panjang yang ada. Semua mata memandang dan berasumsi sendiri-sendiri tentang kepergian seorang tante dengan seorang laki-laki yang baru saja dikenalnya di bank!
“Pake mobil saya saja ya, biar cepat,” kata tante itu.
“Oke nggak apa-apa tante, bank saya dekat sini juga kok.”
“Oh iya, saya tadi belum Tanya, anumu seberapa? Besar gak?”
Karena sudah terbiasa melatih diri dengan melakukan pendekatan bertanya balik tentang maksud yang belum jelas supaya tidak terjadi salah ‘peta’ pikiran, maka lelaki itu bertanya,
“Yang tante maksud dengan ‘anu’ dan besar itu yang seperti apa tante?”
“Maksud saya adalah bunga kredit di tempat kamu”
Tuh kan, hampir salah ‘peta’ lagi pikiran lelaki tersebut. Untung saja ia tidak terlalu mempercayai asumsi-asumsi pikirannya sendiri.
Tiba-tiba tante itu membelokkan mobilnya dari arah semula yang menuju ke bank lelaki tersebut.
“Ada apa tante?”
“Inikan masih jam istirahat siang, tutupnya masih lama kan? Kita ke hotel dulu yuk!”
Dan yang terjadi selanjutnya adalah asumsi anda!
Salam
Agung Webe
http://www.agungwebe.net
No comments:
Post a Comment