Banyak sekali manusia
yang terjebak kedalam penjara penderitaan. Ya, saya menamakannya penjara
penderitaan, karena ia memang sedang terpenjara.
Seorang pengemudi mobil
yang stress dan selalu mengumpat pada saat memegang kendali setir mobilnya. Ia selalu
membunyikan klakson mobil setiap kali ada mobil yang menyalibnya. “brengsek! Ngapain
sih nyalip-nyalip!”
Seorang remaja yang
merasa menderita karena semua orang yang dekat dengannya dilihatnya sebagai
orang yang akan mengambil keuntungan dari hubungan dekatnya.
Sepasang orang tua yang
merasa menderita karena anak yang tumbuh dari tangan didiknya tidak sesuai
dengan harapannya akan pendidikan.
Orang tua yang menderita
karena setiap kali terjadi kesedihan dan kemalangan dalam rumah tangganya
Seorang ibu yang
menderita karena melihat anaknya sakit.
Mengapa manusia
terpenjara dalam penderitaan? Apakah penderitaan dapat dihindari?
Bila kita sebagai manusia
sadar bahwa saat ini kita sedang menikmati hidup didunia, maka kita juga sadar
bahwa ini adalah alam dualitas. Artinya di alam dunia ini selalu terjadi dua
sisi berlawanan yang hadir dalam kehidupan.
Ada baik ada jahat. Ada tinggi
ada rendah. Ada suka ada derita. Ada sehat ada sakit. Ada cerita ada susah. Ada
bahagia dan ada sengasara.
Dalam setiap waktu yang
ada, dua sisi tersebut akan selalu hadir bergantian. Tidak ada satu sisi yang
hadir selamanya. Karena setiap satu sisi hadir, ia akan berlalu. Kemudian hadir
sisi yang lain dan juga akan berlalu.
Manusia yang merasa
menderita adalah ia yang mengharapkan hidupnya hanya dihadiri satu sisi saja
dari kehidupan.
Ada yang hanya
mengharapkan suka cita saja dalam hidupnya. Ada yang mengharapkan sehat saja
dalam hidupnya. Ada yang mengharapkan bahagia saja dalam hidupnya.
Apakah manusia dapat
memilih apa yang harus hadir dalam hidupnya? Tentu saja tidak bisa. Karena setiap
peristiwa akan hadir seperti gelombang lautan yang berkesinambungan.
Melepaskan penjara
penderitaan adalah menyadari dan menerima seutuhnya setiap sisi dualitas yang
hadir dalam kehidupan.
Saat ini anda menerima
sakit, nanti akan menerima sembuh. Demikian sebaliknya.
Saat ini anda menerima
ceria, nanti akan menerima duka. Demikian sebaliknya.
Saat ini anda menerima
gagal, nanti akan menerima sukses. Demikian sebaliknya.
Lalu bagaimana dengan
para bijaksana yang terlihat mereka bahagia sepanjang masa dan terlihat sama
sekali terlepas dari penderitaan?
Mereka tidak terlepas
dari penderitaan. Mereka tidak terlepas dari hukum dualitas yang hadir dalam
hidupnya.
Mereka dapat merasakan
bahagia setiap saat karena mereka selalu mengatakan “ini akan berlalu” terhadap
setiap peristiwa yang hadir dalam hidupnya.
Tentu saja, anda tidak
akan dapat hanya mengharapkan satu jenis peristiwa saja dalam hidup anda,
karena ia akan hadir dalam gelombang dualitas yang menjadi hukum alami dalam
dunia ini.
Apapun yang hadir dalam
hidup anda saat ini, sadari bahwa ini adalah gelombang dualitas yang nanti akan
berlalu. Apapun yang hadir, sekali lagi ini hanyalah dualitas kehidupan, bahwa ”ini
akan segera berlalu”
Mari kita menerima segala
sisi kehidupan tanpa kita memilahnya mana yang aku mau dan mana yang tidak aku
mau.
Kita menerima semua sisi
tersebut dengan penuh rasa syukur.
No comments:
Post a Comment