Kunjungi pula Situs Utama dan foto training Agung Webe

Agung Webe, penulis buku motivasi dan trainer pemberdayaan diri

Thursday, June 27, 2013

Berganti-ganti Tuhan dalam hidup

Seseorang dalam hidupnya telah berganti-ganti agama dan semua agama pernah ia anut, bahkan pernah pula tidak beragama. Alasannya sederhana yaitu dia tidak nyaman dengan Tuhan dalam agama tersebut. Hidupnya dinilai tidak nyaman karena Tuhannya tidak memberikan kenyamanan baginya. Alih-alih kenyamanan, bahkan Tuhan yang ia cari dalam agama-agama tersebut tidak pernah menolongnya. Itu menurutnya.

Ia berharap bahwa Tuhan yang ia cari secepatnya ia temukan, yaitu Tuhan yang memberikan ia rasa nyaman. Ternyata Tuhan yang ia temui adalah Maha Cerewet, Maha menegur, dan Maha bawel. Sedikit-sedikit langkahnya diberi peringatan oleh Tuhan. Peristiwa kemalangan, kesedihan, kekecewaan, kegalauan, yang selama ini hadir ia anggap adalah ulah Tuhan Yang Maha Bawel dan Maha Cerewet. Karena hal diatas maka orang tersebut berganti-ganti agama hanya karena ia berharap bertemu Tuhan yang memberikan ia rasa nyaman.

Berkaca dari pengalaman orang yang mencari Tuhan untuk kenyamanan dirinya, maka saat ia menemukan Tuhan yang memberikan rasa nyaman maka ia akan berada dalam agama tersebut untuk waktu dimana egonya merasa nyaman. Kemudian disaat Tuhannya menegurnya dan hal tersebut mengusik kenyamanannya, maka ia akan mengumpat Tuhannya dan bahkan meninggalkan Tuhan tersebut dan mencari Tuhan di agama lain yang dapat memberikan ia rasa nyaman.

Benarkah Tuhan memberikan rasa nyaman?
Meminjam istilah Jawa kuno, bahwa Tuhan itu 'koco pangawikan pribadi' maka Tuhan merupakan kaca bercermin bagi seseorang. Tuhan tidak pernah memberikan rasa nyaman, kecuali manusia itu sendiri yang telah menemukan lewat cermin pribadinya.
Bahkan Tuhan akan terus membakar ego manusia agar manusia dalam bercermin tidak tertutup oleh egonya sendiri. Semakin manusia dekat dengan Tuhan, maka bukannya semakin nyaman, melainkan semakin terbakar dan terkikis egonya. Hanya dengan membakar dan mengikis ego maka manusia dapat bercermin dengan jernih sehingga ia menemukan rasa nyaman itu dalam dirinya sendiri.
Kalau Tuhan selalu memberikan rasa sejuk dan nyaman, maka manusia akan lalai dan lupa. Manusia akan enak tidur-tiduran tidak beranjak dari tempat tidur karena ter-ninabobokkan oleh rasa nyaman. Manusia akan jalan ditempat. Tuhan ibarat 'amplas' yang akan menghaluskan kayu dari benjolan-benjolan yang tidak bagus. Saat 'amplas' itu difungsikan jelas akan menggesek bagian ego dan akan terasa sakit.
Namun hasilnya adalah kayu yang indah!

Akankah seseorang berganti-ganti agama hanya karena mencari Tuhan yang memberikan rasa nyaman?
Menghindari sifat Tuhan Yang Maha Menegur, Maha Bawel, Maha Ngomel?
Ataukah kita menyadari bahwa proses 'amplas' terhadap ego yang dilakukan oleh Tuhan merupakan cara Tuhan menghasilkan Maha Karya terbaiknya?

Apapun itu, dengan hati yang penuh cinta, maka perlakuan apapun dari Tuhan akan kita terima sebagai tamparan cinta. Dan reaksi kita atas peristiwa yang diberikan Tuhan sangat tergantung dengan isi hati kita. Kita dapat bercermin, apakah hati kita penuh cinta atau penuh benci? Mari kita lihat masing-masing atas reaksi dari peristiwa yang hadir dalam hidup kita.

Dalam artikel diatas, kata 'Tuhan' dapat anda ganti menjadi ‘Orang tua’, 'Guru', Teman, atau Sahabat. Dan nama 'agama' dapat anda ganti menjadi nama komunitas, yayasan, organisasi, kelompok atau tempat.

Selamat memaknai hidup dengan penuh cinta!
Love & Light Always

1 comment:

helmy hananto said...

trimakasih pak Agung, pesan penuh makna...