Dibalik kemenangan Fatin Shidqia Juara X Factor Indonesia
X Factor malam ini dimenangkan oleh Fatin
Shidqia mengalahkan Novita dewi. Sejenak saya pribadi kaget dengan pilihan
pemirsa yang akhirnya memenangkan Fatin. Bagi saya dari segi teknik menyanyi
dan kualitas suara, maupun teknik panggung, Novita Dewi berada di atas Fatin. Namun kembali lagi, karena ini adalah pentas public,
maka sebuah kesuksesan merupakan kerja sama yang hebat dan bukan hanya usaha
individu semata.
Kita dapat mempelajari bersama untuk kita
refleksikan dalam kegiatan marketing kita, apapun produk yang akan kita
gulirkan. Setidaknya apabila kita dapat melihat Dibalik kemenangan Fatin Shidqia,
maka kita melihat sebuah ‘cara masak’ dari
para marketing hebat di belakangnya.
Pertanyaan pertama sebagai bahan dasar adonan
adalah, “Bagaimana apabila dari pertama
Fatin tidak mengenakan Jilbab?”
Hal ini sangatlah penting dalam sebuah
strategi penjualan, karena segmen pasar dan komunitas harus diperhitungkan.
Para pengusung Fatin sangat menyadari emosi ini. Keluguannya, umurnya yang
masih 19 tahun, dan mengenakan Jilbab merupakan potensi tersendiri sebagai
sebuah ‘produk’ yang dapat dijadikan komoditas dari sebuah panggung hiburan.
Ini adalah sebuah kejelian dari kemampuan
melihat kesempatan. Sekali lagi bahwa sukses adalah jalinan kerjasama. Artinya berbagai
pihak yang mempunyai kepentingan dengan marketing sebuah produk harus bekerja
sama untuk memunculkan keunikan dan suatu hal yang dapat dijadikan ‘icon’ oleh sebuah komunitas besar yang
ada.
Bagi penikmat seni music secara individu
sudah tentu akan memilih Novita Dewi dari segi kualitas suara. Namun sekali
lagi, bahwa pentas ini adalah pentasmarket untuk sebuah goal penjualan dari para penjual yang mempunyai
kepentingan masing-masing. Kita maklum, dan bagi saya pribadi mengakui bahwa
kerja tim dalam kolaborasi untuk sebuah penjualan adalah kerjasama yang harus
saling memahami kepentingannya.
Dalam sisi marketing, produk apa yang akan
berhasil di pasar? Yaitu produk yang dapat mewakili emosi sebagian besar para
penikmatnya. Dan juga mendorong cita-cita emosi yang selama ini belum muncul. Tentu
saja kita tidak dapat mengesampingkan mutu didalamnya. Dan dalam diri Fatin,
yah, kualitas atau mutu tersebut tidak jelek-jelek amat. Artinya masih dapat
dipertanggung jawabkan.
Pembelajaran dari Dibalik
kemenangan Fatin Shidqia malem ini dari pentas
X factor Indonesia, bagi saya sangat berharga. Karena hal ini mengingatkan saya
sendiri tentang bagaimana mengemas sebuah ‘produk’ untuk kita lempat ke pasar.
Pelajaran pertama adalah, pelajari emosi komunitas sebagai
target segmen. Kemudian dorong cita-cita komunitas tersebut. Berikan apa yang
menjadi keinginan dari pasar yang ada.
Kedua adalah, gunakan potensi-potensi yang dapat menarik
atau menenggelamkan emosi pasar.
Untuk sebuah ‘produk’, Fatin
Shidqia adalah produk yang berhasil! Karena dunia
penjualan bukanlah dunia idealism. Dunia penjualan adalah dunia yang harus
dapat melihat keinginan pasar dan memberikan apa yang diinginkan oleh pasar.
1 comment:
Sisi itu yang lebih ditunjukkan x factor, thanks udah melihat sisi lain dari ini pak, keep posting
Post a Comment