Dalam sebuah service, terkadang ada sebuah bagian atau alur
dari service yang terpotong, hilang, dan tidak lengkap. Artinya pola dari
service yang sudah direncanakan pada awalnya menjadi tidak sesuai rencana
karena tuntutan customer yang lebih
atau harapan yang tidak terpenuhi dalam diri customer.
Contoh yang sederhana terjadi di dalam sebuah penerbangan di
sebuah maskapai.
Seorang penumpang pada saat penyajian makan meminta makanan vegetarian yang sudah dipesan sebelumnya
pada saat melakukan city check in. Namun ternyata makanan vegetarian yang dia
harapkan tidak ada, sedangkan ia tidak dapat makan dengan makanan yang saat itu
tersedia di pesawat.
Dengan sangat sederhana seorang pramugari berkata padanya,
“Maaf bapak, makanan yang bapak pesan tidak on
board dipesawat ini, dan saat ini hanya makanan ini yang ada. Kami juga
sudah cek di manifest pesawat bahwa
nama bapak tidak tertera memesan makanan tersebut.”
Fragmen diatas hanya berhenti sampai disana, seakan pramugari
mengembalikan pilihan pada customer tersebut. Secara tidak langsung pramugari
mengatakan: Makanan anda tidak ada, yang ada makanan ini. Silahkan kalau mau
dimakan, enggak ya tinggalin aja.
Dalam kasus tersebut, bahkan sang manager service tidak
datang ke tempat customer yang bermasalah dengan makanan untuk menyelesaikan
masalah yang ada.
Bagi customer, apapun alasannya, dia tidak pernah salah
walaupun dia salah. Artinya para pelaku service tidak bisa menyalahkan secara
langsung kepada customer tentang apapun. Kesalahan customer hendaknya di
komunikasikan dengan cara khusus melalui komunikasi persuasive sehingga customer
bukan disalahkan namun menyadari bahwa dirinya yang salah dalam proses service
tersebut.
Sebuah proses service yang sudah direncanakan sangat mungkin
sekali akan mengalami missing
didalamnya, dan dalam hal ini para pelaku service atau sang manager service
harus dapat memberikan service recovery.
Service Recovery
adalah sebuah framing baru atau reframing
dalam menyelesaikan masalah yang ada. Bagaimanapun juga, salah dan tidak salah,
masalah dengan customer harus diselesaikan dengan baik.
Bagaimana apabila sarana dan prasarana saat itu tidak ada
guna menyelesaikan masalah tersebut, seperti contoh diatas yaitu customer
meminta makanan vegetarian sedangkan di pesawat tidak on board makanan vegetarian, bahkan tidak tersedia untuk membuatkan
makanan tersebut.
Sekali lagi bahwa sebuah service
recovery adalah mengubah sudut pandang. Mengajak customer mengubah sudut
pandangnya terhadap masalah yang sedang dihadapi. Memberi influence kepada customer sehingga pikirannya dapat me –
reframing apa yang sedang dialami saat itu.
Teknik sederhana dalam service
recovery adalah mencari tahu kebutuhan paling dasar dari customer saat itu.
“Apa sih yang dibutuhkan customer saat ini?” Menjelaskan keadaan yang
sebenarnya adalah hal yang baik, namun memberikan solusi akan menjadi lebih
baik dari itu semua.
Untuk dapat melakukan langkah service recovery ini, sudah sewajarnya bila pelaku service
menguasai komunikasi persuasive yang baik dan mampu melakukan ‘kalibrasi’ atau penyesuaian pemikiran
dengan customer.
Banyak hal yang tidak membutuhkan biaya banyak atau bahkan
tidak perlu mengeluarkan biaya sama sekali dalam melakukan service recovery ini,
seperti pemberian gift dimana gift tersebut merupakan sebuah barang yang sudah
ada di area service tersebut.
Yang paling penting dalam hal ini adalah tindakan ‘kalibrasi’
yang dilakukan, kemudian bagaimana seorang pelaku service dapat ‘mengarahkan’ pikiran customer sehingga
sang customer mempunyai bingkai yang berbeda dari saat ia melakukan complain.
Mengabaikan keluhan customer sama saja dengan menumpuk bom
bunuh diri bagi perusahaan dimana anda bekerja. Keluhan customer yang diabaikan
akan menjadi berita dari mulut ke mulut dan mudah dipercaya karena yang
bercerita adalah orang yang mengalami sendiri.
Dengan demikian, segera lakukan service recovery apabila
anda sebagai seorang pelaku service atau manager dan pimpinan service itu
sendiri, menemukan missing part pada service yang sudah anda tentukan polanya dari
awal.
Meminta maaf dalam service itu baik, kemudian menyelesaikan
masalah lebih baik. Namun memberikan solusi atas masalah yang ada adalah lebih
baik dari meminta maaf dan menyelesaikannya.
Agung Webe
http://www.agungwebe.net
Self Empowerment Trainer & Mind Recollectionist
1 comment:
Takut kelihatan bodoh, takut mengakui kesalahan...itu yang perlu saya pelajari dari anda mas Agung... menunggu untuk mengikuti training2 anda...maturnuwun
Post a Comment