Ketika
kita mengingat lagi tentang ‘Ukuran
Kehidupan', maka kita sadar bahwa dalam tindakan kehidupan tidak semuanya
dilandaskan atas dasar 'harga' yang harus dibayar. Kadang passion akan menjadi
lebih berharga dan jadi barometer/ukuran sebuah kepuasan atas eksistensi diri
yang bisa dicapai.
Suatu
saat, sebuah instansi mau membeli naskah saya dengan harga 25jt. Untuk ukuran
kertas dalam tumpukan beberapa halaman, mungkin sisi lain saya berpikir 'jual'
dan saya bisa membuat lagi dengan inovasi pikiran yang lebih baru.
Namun
dari sisi kreatifitas, nilai tersebut saya rasakan sangat kecil. Saya
mengajukan nilai diatas 500jt untuk tuangan ide di atas kertas tersebut. Saat
itu pertimbangan saya bukan pada nilai tukarnya, namun harga kreatifitas yang
lahir dari sebuah perjuangan tumpukan ide yang harus dipilih.
Beberapa
orang meletakkan harga kreatifitasnya sangat murah, artinya nilai tukar hanya
didasarkan atas nominal uang yang harus cepat diterima. Bagi saya tidak. Bila
itu adalah ide kreatif maka ia harus menduduki nilai tukar yang tinggi.
Berbeda
dengan tindakan yang telah kita rancang untuk berbagi. Hal tersebut menempati
sisi lain dari eksistensi diri. Bukan pada nilai tukar yang didapat, namun pada
kepuasan batin dan keselarasan dengan kehidupan.
Bila
saya memutuskan dalam sebuah event seminar dimana saya bicara selama 3 jam dan saya minta harga 15jt,
maka itu adalah nilai dari ide kreatif. Seperti juga inhouse training
perusahaan yang saya patok harganya perhari 25jt. Namun di sisi lain ada sebuah
event dimana saya harus bicara selama seharian namun tanpa harga sedikitpun,
itu adalah berbagi.
Ada
berbagai hal yang harus saling mengisi dalam kegiatan-kegiatan yang kita
rancang. Seperti metode 'Robin Hood', yaitu merampok pada satu sisi dan berbagi
pada sisi lainnya.
Uang
memang bukan segala-galanya, namun tanpa uang kita juga tidak bisa menukar
nilai yang kita dapat. Bila kita mengingat hukum Tuhan, bahwa kita akan selalu
dicukupkan, maka sebenarnya tidak ada yang perlu kita khawatirkan terhadap uang
ini. Dengan satu syarat, yaitu kita mau melakukan tindakan.
Bombardir
'kisah sukses' yang didapat lewat media, buku, maupun training pemberdayaan
diri, walaupun disalah satu sisi dapat untuk memompa motivasi dan optimisme,
namun hal tersebut telah membius bagi kebanyakan orang untuk sukses atas nama
materi.
Lihatlah
iklan untuk peningkatan omset bisnis 300%, iklan menarik rejeki, iklan menjadi
milyarder, dan setumpuk iklan sukses lainnya. Saya katakan sekali lagi bahwa
disalah satu sisi hal tersebut baik untuk merangsang motivasi dan membangkitkan
optimisme, namun sekali lagi juga bahwa disisi lain hal tersebut dapat membius
orang mengejar sukses atas nama materi.
Bila hidup ini pilihan, maka apapun yang kita pilih untuk ‘sebuah harga’ adalah konsekuensi dari hidup kita sendiri. Kita sedang memberikan getaran kepada alam semesta. Kita sedang ‘melontarkan’ aksi. Kemudian kita pasti akan mendapatkan akibat dari resonansi yang menuju kepada kita.
Hidup
adalah ‘perjalanan pulang’ dan juga dalam bahasa Jawa disebut “Urip iku nggawe
Urup” (hidup itu membuat terang),
maka ketika tujuan sukses kita adalah didasarkan atas pengumpulan materi, bagi
saya itu hanyalah seperti permainan anak-anak yang dimainkan oleh orang dewasa.
Salam
mulia penuh cahaya!
No comments:
Post a Comment