Tulisan ini saya buat dalam pesawat menuju Jakarta dari Singapura, setelah seharusnya siang tadi saya ke Surabaya dan tiba-tiba harus ke Singapura dengan hanya 'stay' selama lima jam di lounge bandara Singapura. Urusan beres dan sore ini saya kembali ke Jakarta.
Terus terang sambil bicara-bicara dengan beberapa orang di lounge, pikiran saya melayang ke Jakarta membayangkan demo BBM di gedung MPR. Pada waktu berangkat tadi saya memang membaca berita bahwa hari ini, Jumat 30 Maret 2012, akan terjadi lagi demo menolak kenaikan harga BBM. Beberapa twit yang sempat saya baca dari twitter Polda Metro mengatakan bahwa siang tadi dua jalur tol bolak-balik yang berada di depan gedung MPR sudah diblokir.
Saya juga ingat berita yang saya liat di metro teve tadi malam tentang insiden Mahasiswa dan polisi di Salemba maupun Makasar.
Apa yang akan terjadi malam ini? Itulah rabaan pikiran saya saat ini, dipesawat yang membawa saya menuju Jakarta. Bagaimana aksi para pendemo bila ternyata pemerintah dalam sidang malam hari ini memutuskan kenaikan harga BBM? Apakah akan banyak tindakan diluar batas normal, anarki, dan perusakan?
Saya tidak berharap demikian, walaupun saya menyadari bahwa penolakan terhadap kenaikan harga BBM ini sangat manusiawi.
Pada saat berangkat tadi, dimobil saya sempat mendengarkan radio. Yaitu wawancara dengan Marzuki Alie yang menerangkan alasan mengapa BBM harus naik. Beliau menerangkan dengan sangat logis alasan kenaikan BBM dan dampaknya bila tidak naik terhadap keuangan negara. Beberapa saat saya berpikir, benar juga ya! Namun, saya harus menepisnya kembali!
Saya mencoba melihat dari sisi rakyat yang menjerit akibat dampak kenaikan BBM ini. Kalau ditanya, "Apakah pak Agung termasuk yang tidak setuju dengan kenaikan BBM ini?" Terus terang, kondisi saat ini bukan kondisi dimana seseorang tidak berpihak dan hanya diam saja. Bagi saya pribadi, mungkin kenaikan harga tersebut tidak berpengaruh. Dan walaupun saya juga tahu alasan real dari mengapa BBM harus naik, namun sekali lagi saya harus menetapkan posisi dimana saya harus berdiri bila pertanyaan tadi diulang, "Apakah pak Agung setuju dengan kenaikan harga BBM?"
Demo, apapun itu, saya sadar bahwa ada unsur politik didalamnya. Banyak orang yang mau 'memancing di air keruh’. Bukan itu saja. Para pengusaha yang tidak bertanggung jawabpun ikut-ikutan memanfaatkan keadaan dengan menaikkan harga barang seenaknya sendiri dengan dalih harga BBM naik. Masalah menjadi semakin kompleks ketika memang banyak masyarakat yang semakin terhimpit dengan melejitnya bahan-bahan pokok.
Apakah masalah akan selesai bila harga BBM naik? Tentu saja tidak. Kemiskinan dan rendahnya taraf hidup yang akan semakin memicu tingkat kejahatan akan makin banyak. Namun apakah masalah juga selesai bila harga BBM tidak naik? Tidak juga! Defisit anggaran negara juga tentu memprihatinkan untuk kelangsungan negara ini. Apa pilihan kita? Tentu saja ini pilihan sulit. Namun sulit bukan berarti tidak bisa dicari jalan keluarnya.
Bagaimana mencari jalan keluar? Jalan keluar yang bijaksana hanya akan ditemukan bila para wakil rakyat tidak memikirkan dirinya sendiri. Masalah utama dari pengumuman bahwa akan terjadi kenaikan harga BBM dan banyak masyarakat yang menolak adalah TIDAK ADA KEPERCAYAAN kepada pemerintah. Masyarakat terlanjur dibuat tidak percaya kepada pemerintah oleh sandiwara pemerintah sendiri. Terlalu banyak sandiwara kasus yang dipertontonkan dan masyarakat tetap dianggap bodoh sebagai penonton yang tidak tahu apa-apa.
Baru saja saya bahkan sempat berpikir, bahwa isu kenaikan harga BBM ini sengaja dibuat agar masyarakat tidak lagi memikirkan kasus-kasus korupsi yang sedang berlangsung. Masyarakat kita sedang tersedot dengan huru-hara kenaikan BBM dan melupakan kasus-kasus besar lainnya. Sehingga tokoh-tokoh korupsi yang tadinya disorot masyarakat saat ini bernafas lega dan bisa tidur nyenyak.
Apabila kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah itu ada, dan pemerintah mempunyai wibawa dimata masyarakat, maka keputusan apapun akan diterima, karena dengan kepercayaan tersebut ada keyakinan: "Lakukan yang terbaik wakilku, aku percaya padamu akan keputusan itu"
Namun saat ini ceritanya memang lain. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah akan mementahkan apapun hal yang diputuskan. Masyarakat akan berpikir, "bila keputusan itu diambil, siapa lagi tokoh politik yang akan dikayakan?"
Entah harga BBM akan jadi naik atau tidak, hendaknya pemerintah sadar dan segera berbenah untuk memperbaiki kepercayaan masyarakat terhadapnya.
Ketika pertanyaan apakah saya setuju atau tidak dengan kenaikan harga BBM? Saya akan jawab bahwa saya tidak setuju! Untuk itu marilah kita perbaiki bersama dari sisi manapun juga sesuai dengan keahlian kita masing-masing untuk kemajuan Nusantara ini. Bila tidak dimulai sekarang juga, hal yang sama akan terus terulang terjadi. Dan bila pemborosan-pemborosan keuangan Negara yang hanya diperuntukkan bagi keuntungan kelompok atau bahkan pribadi dipertahankan sehingga kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah tidak terbangun, artinya kita semua ‘sedang bunuh diri’ dan menenggelamkan Negara kita sendiri.
No comments:
Post a Comment