Saya pernah membuat angket tentang Soulmate. Isinya demikian:
1. Apakah anda percaya dengan adanya Soulmate? (bila Ya lanjutkan ke pertanyaan nomer 2)
2. Apakah anda yakin atau merasakan bahwa pasangan anda saat ini adalah soulmate anda? (bila jawaban anda tidak, lanjutkan ke pertanyaan nomer 3)
3. Bila anda tidak yakin bahwa pasangan anda saat ini adalah soulmate anda, apakah anda pernah bertemu dengan soulmate anda?
4. Apakah sampai saat ini anda masih menjalin komunikasi dengan Soulmate anda?
5. Apakah anda sampai saat ini masih membawa barang kenangan dari soulmate anda?
Pertanyaan yang pernah saya buat sebuah angket tersebut mendapat jawaban bahwa 80% pasangan tidak yakin bahwa pasangannya adalah soulmate. Dan 80% itu pula mengatakan pernah bertemu dan masih menjalin komunikasi dengan soulmatenya.
Apa itu Soulmate?
Memang banyak sekali jawaban tentang definisi dari soulmate, dan masing-masing pribadi membawa kepentingannya sendiri yang sesuai dengan dirinya. Saya tidak akan memaksakan sebuah definisi tentang soulmate kepada anda, namun saya hanya akan melihat kemungkinan-kemungkinan mengapa 80% dari angket yang saya buat menjawab seperti itu.
Kenyataan yang terjadi pada sebagian pernikahan adalah tentang alasan menikah. Alasan ini kalau boleh saya bagi ada 2 alasan.
Pertama menikah karena cinta, Kedua menikah karena logika
Pernikahan karena cinta, kedua belah pihak tanpa menimbang untung rugi, mapan atau belum, ada penghasilan atau tidak. Semua tidak terpikir dan yang ada hanyalah cinta.
Pernikahan karena logika, ada pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan. Mereka menikah karena sudah mapan. Menikah karena pacarannya sudah terlalu lama. Menikah karena orang tua, menikah karena ini dan itu.
Seperti kebanyakan pernikahan orang tua dulu. Karena hal-hal yang harus dipertahankan, seperti anak-anak, nama baik, warisan, keluarga besar, maka mereka harus mempertahankan pernikahannya sampai akhir hayat. Walaupun kadang banyak pertentangan batin antara keduanya.
Bagi orang-orang yang menikah karena logika, mungkin mereka tidak menganggap bahwa pasangannya saat ini adalah soulmatenya. Ada alasan tersendiri bagi pernikahannya tersebut. Sampai pada suatu saat mungkin mereka bertemu dengan seseorang yang dirasakan sangat mengerti dirinya dengan penuh perasaan cinta!
Bagi kaum perempuan ada yang menganut paham 'pengabdian'. Yaitu siapapun yang dia pilih menjadi suaminya, ia harus mengabdi. Mungkin saja cinta tidak ada, namun dari hasil pengabdian yang panjang bisa timbul sebuah rasa yang ia definisikan sebagai cinta.
Pertemuan dengan apa yang dianggap sebagai Soulmate juga banyak yang digunakan untuk membenarkan sebuah perselingkuhan. Mereka akan beralasan bahwa 'ia telah bertemu dengan soulmatenya'
Kebebasan ber-ekspresi dan keberanian untuk bersuara bagi kaum perempuan juga menjadi salah satu dampak untuk mengesahkan apa yang dinamakan bertemu dengan soulmate ini. Banyak kaum perempuan yang juga melakukan pemberontakan atas keterpaksaan yang ia rasakan selama ini bersama suaminya.
Kembali kepada Soulmate.
Soulmate adalah belahan jiwa. Bila ia belahan jiwa, artinya tidak harus berbeda kelamin, dan tidak harus dikonotasikan pasangan. Bisa jadi anak itu adalah belahan jiwa orang tuanya. Seorang sahabat yang mungkin saja sama-sama perempuan atau laki-laki, namun dikatagorikan belahan jiwa. Siapapun mungkin saja bisa dikatagorikan belahan jiwa.
Bahkan bagi saya pribadi, karena ini adalah belahan jiwa, maka kita bicara masalah jiwa. Bagi saya jiwa tidak ada ketertarikan seksual. Kalau itu bodymate, bisa jadi ada ketertarikan seksual, bisa timbul nafsu dan hasilnya adalah sex.
Karena ini belahan jiwa, maka segala sesuatu berhubungan dengan jiwa. Bagaimana perkembangan jiwa, rasa bahagia, damai, atau kematangan jiwa itu sendiri.
Sekarang masalahnya adalah, bagaimana bila anda benar-benar menyadari bahwa pasangan anda bukan soulmate anda?
Mungkin ada beberapa hal yang harus kita kaji ulang. Salah satunya adalah 'purpose of life' anda. Apa tujuan hidup anda?
Apakah anda hanya akan mencari rasa senang saja? Kepuasan saja? Atau ada hal lain yang lebih tinggi?
Diatas segalanya, yang jelas adalah perkembangan jiwa anda. Bila anda memang terpenjara dan perkembangan jiwa telah dibonsai oleh tekanan selama ini, mungkin tidak salah bila anda memutuskan untuk berjalan bersama Soulmate anda
1. Apakah anda percaya dengan adanya Soulmate? (bila Ya lanjutkan ke pertanyaan nomer 2)
2. Apakah anda yakin atau merasakan bahwa pasangan anda saat ini adalah soulmate anda? (bila jawaban anda tidak, lanjutkan ke pertanyaan nomer 3)
3. Bila anda tidak yakin bahwa pasangan anda saat ini adalah soulmate anda, apakah anda pernah bertemu dengan soulmate anda?
4. Apakah sampai saat ini anda masih menjalin komunikasi dengan Soulmate anda?
5. Apakah anda sampai saat ini masih membawa barang kenangan dari soulmate anda?
Pertanyaan yang pernah saya buat sebuah angket tersebut mendapat jawaban bahwa 80% pasangan tidak yakin bahwa pasangannya adalah soulmate. Dan 80% itu pula mengatakan pernah bertemu dan masih menjalin komunikasi dengan soulmatenya.
Apa itu Soulmate?
Memang banyak sekali jawaban tentang definisi dari soulmate, dan masing-masing pribadi membawa kepentingannya sendiri yang sesuai dengan dirinya. Saya tidak akan memaksakan sebuah definisi tentang soulmate kepada anda, namun saya hanya akan melihat kemungkinan-kemungkinan mengapa 80% dari angket yang saya buat menjawab seperti itu.
Kenyataan yang terjadi pada sebagian pernikahan adalah tentang alasan menikah. Alasan ini kalau boleh saya bagi ada 2 alasan.
Pertama menikah karena cinta, Kedua menikah karena logika
Pernikahan karena cinta, kedua belah pihak tanpa menimbang untung rugi, mapan atau belum, ada penghasilan atau tidak. Semua tidak terpikir dan yang ada hanyalah cinta.
Pernikahan karena logika, ada pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan. Mereka menikah karena sudah mapan. Menikah karena pacarannya sudah terlalu lama. Menikah karena orang tua, menikah karena ini dan itu.
Seperti kebanyakan pernikahan orang tua dulu. Karena hal-hal yang harus dipertahankan, seperti anak-anak, nama baik, warisan, keluarga besar, maka mereka harus mempertahankan pernikahannya sampai akhir hayat. Walaupun kadang banyak pertentangan batin antara keduanya.
Bagi orang-orang yang menikah karena logika, mungkin mereka tidak menganggap bahwa pasangannya saat ini adalah soulmatenya. Ada alasan tersendiri bagi pernikahannya tersebut. Sampai pada suatu saat mungkin mereka bertemu dengan seseorang yang dirasakan sangat mengerti dirinya dengan penuh perasaan cinta!
Bagi kaum perempuan ada yang menganut paham 'pengabdian'. Yaitu siapapun yang dia pilih menjadi suaminya, ia harus mengabdi. Mungkin saja cinta tidak ada, namun dari hasil pengabdian yang panjang bisa timbul sebuah rasa yang ia definisikan sebagai cinta.
Pertemuan dengan apa yang dianggap sebagai Soulmate juga banyak yang digunakan untuk membenarkan sebuah perselingkuhan. Mereka akan beralasan bahwa 'ia telah bertemu dengan soulmatenya'
Kebebasan ber-ekspresi dan keberanian untuk bersuara bagi kaum perempuan juga menjadi salah satu dampak untuk mengesahkan apa yang dinamakan bertemu dengan soulmate ini. Banyak kaum perempuan yang juga melakukan pemberontakan atas keterpaksaan yang ia rasakan selama ini bersama suaminya.
Kembali kepada Soulmate.
Soulmate adalah belahan jiwa. Bila ia belahan jiwa, artinya tidak harus berbeda kelamin, dan tidak harus dikonotasikan pasangan. Bisa jadi anak itu adalah belahan jiwa orang tuanya. Seorang sahabat yang mungkin saja sama-sama perempuan atau laki-laki, namun dikatagorikan belahan jiwa. Siapapun mungkin saja bisa dikatagorikan belahan jiwa.
Bahkan bagi saya pribadi, karena ini adalah belahan jiwa, maka kita bicara masalah jiwa. Bagi saya jiwa tidak ada ketertarikan seksual. Kalau itu bodymate, bisa jadi ada ketertarikan seksual, bisa timbul nafsu dan hasilnya adalah sex.
Karena ini belahan jiwa, maka segala sesuatu berhubungan dengan jiwa. Bagaimana perkembangan jiwa, rasa bahagia, damai, atau kematangan jiwa itu sendiri.
Sekarang masalahnya adalah, bagaimana bila anda benar-benar menyadari bahwa pasangan anda bukan soulmate anda?
Mungkin ada beberapa hal yang harus kita kaji ulang. Salah satunya adalah 'purpose of life' anda. Apa tujuan hidup anda?
Apakah anda hanya akan mencari rasa senang saja? Kepuasan saja? Atau ada hal lain yang lebih tinggi?
Diatas segalanya, yang jelas adalah perkembangan jiwa anda. Bila anda memang terpenjara dan perkembangan jiwa telah dibonsai oleh tekanan selama ini, mungkin tidak salah bila anda memutuskan untuk berjalan bersama Soulmate anda
Salam Bahagia!
No comments:
Post a Comment