Pertanyaan itu wajar saya lontarkan karena saya dibesarkan oleh bapak saya, seorang dosen MIPA UGM dan juga pengajar FISIKA di TNI AU Yogyakarta.
Saat itu terjadi sedikit diskusi antara saya dan pak Noto
“Mengapa harus ilmiah?”
“Supaya ada bukti logisnya”
“Kalau ternyata tidak ilmiah bagaiamana?”
Hmmmm… saya bingung ….
Saya jawab lagi, “Kalau ilmiah kan sudah ada bukti otentiknya kalo memang berguna”
“Itukan hanya legalitas dan pengakuan saja. Kalau hanya bukti, banyak kok yang membuktikan manfaat dari hypnosis”
Dalam perjalanan saya dari tahun 1992 sampai sekarang, banyak pengetahuan yang saya ‘download’ di pikiran saya untuk meng-ilmiahkan hypnosis. Setidaknya untuk membuktikan bahwa hypnosis memang benar-benar ilmiah.
Ternyata bahwa ‘label’ ilmiah ini tak ubah seperti ‘label’ halal sebagai sertifikasi. Maksud saya adalah, bahwa bila saya mempunyai restoran ayam bakar yang saya potong sendiri, walaupun saya memotong dengan cara Islam yang halal, namun bila belum ada sertifikasi ‘halal’ tersebut, masih bisa diragukan atau dipertanyakan kehalalan pemotongan ayam di restoran saya secara legalitas formal.
Di sisi lain Hypnosis sebagai Terapi yang dikenal dengan nama Hypnoterapi sudah berkembang sangat liar di Indonesia, yaitu sudah tidak murni Hypnoterapi, namun ada ramuan dari psikoterapi dan terapi lain di luar hypnosis.
Apakah itu sah? Sebagai bentuk terapi sah-sah saja, yang penting sang therapist memahami dengan betul mana yang dikatagorikan hypnoterapi, mana yang psikoterapi, dan mana yang terapi-terapi di luar itu semua.
Hypnosis yang digunakan sebagai murni Hypnoterapi, mempunyai cirri yang sederhana, yaitu memanfaatkan fenomena trance klien dan menggunakan sugesti, titik.
Contoh sederhana:
Ketergantungan merokok.
Disini klien akan di bebaskan dari rasa ketergantungan merokok. Apabila ada batang rokok nyata yang digunakan sebagai alat ukur ketertarikan klien terhadap rokok, maka itu termasuk psikoterapi. Namun ketika rokok tersebut diciptakan dalam pikiran dan tidak ada bentuk nyatanya, itulah hypnoterapi.
Keterbukaan seorang therapist disini sangat diperlukan. Ketika dia melakukan scaning pada klien pertama kalinya dan ditemukan bahwa kasusnya adalah kasus yang harus di terapi secara psikologi, maka dia harus terus terang untuk mengirim klien ke psikolog atau psikiater. Kecuali bahwa sang therapist juga mempelajari psikologi manusia dan mengetahui dengan pasti langkah-langkah psikologi dalam penerapannya, maka dia dapat melakukan terapi gabungan, yaitu Hypnoterapi dan Psikoterapi.
Kembali kepada Hypnosis yang tidak ilmiah
Saya jadi bertanya, apabila Hypnosis dipahami sebagai tools, apa yang mau diilmiahkan? Toh Hypnosis hanya berlaku sebagai alat.
Kalau metodenya bagaimana? Kalau kita melihat, metode hypnosis tersebut sudah baku dan diseluruh dunia sama ( murni hypnosis ) untuk metode pengajarannya.
Ada berita menarik:
1. Pada tahun 1892 British Medical Association mengesahkan penggunaan hipnosis untuk terapi
2. Pada tanggal 23 April 1955 British Medical Association (BMA) menyetujui penggunaan hypnosis dalam psikoneurosis dan hypnoanesthsia dalam pain management proses melahirkan dan pembedahan. BMA juga menyarankan agar semua dokter dan mahasiswa kedokteran menerima pelatihan Hypnotherapy Fundamental.
3. Pada tahun 1958 American Medical Association (AMA) menyetujui laporan penggunaan hypnosis untuk kepentingan medis.
4. Dua tahun setelah persetujuan dari AMA, yaitu tahun 1960 American Psychological Association (APA) menyetujui hypnosis sebagai cabang dari psikologi dan masuk dalam divisi 30. Tulisan asli dalam devisi 30 sbb:
Division 30: Society of Psychological Hypnosis is devoted to exchanging scientific information, advancing appropriate teaching and research, and developing high standards for the practice of hypnosis. Areas of interest of the membership are diverse, including topics such as mind/body connections; dissociation; and hypnosis with women, children, and adolescents. Current initiatives of the division include advancing applications of hypnosis in behavioral medicine, professional and public education, and establishing clinical hypnosis as a certifiable proficiency. The division presents awards for distinguished career contributions, outstanding convention papers, and the E. R. Hilgard Dissertation Award.
Nah, beberapa praktisi pemula Hypnosis sering ditanya oleh orang-orang awam hypnosis tentang kaitan antara hypnosis dan psikologi. Sekarang anda dapat menjawabnya seperti butir nomer 4 diatas, bahwa sejak tahun 1960 American Psychological Association (APA) menyetujui hypnosis sebagai cabang dari psikologi.
Apakah Hypnosis itu Ilmiah?
Dan apakah dengan pernyataan dari British Medical Association dan American Psychological Association, tersebut bisa dikatakan bahwa para Hypnosis practitioner yang mencoba menerangkan keilmiahan dari proses Hypnosis tersebut telah membohongi masyarakat?
Yang jelas, ketika Hyponis menjadi cabang dari Psikologi yang dinyatakan oleh American Psychological Association pada tahun 1960 dan British Medical Association pada tahun 1955 menyatakan bahwa agar semua dokter dan mahasiswa kedokteran menerima pelatihan Hypnotherapy Fundamental, maka titik persoalan yang masih meributkan Hypnosis sebagai kegiatan ilmiah menjadi sangat jelas.
Yaitu bahwa memang di Indonesia, Hypnosis dan Hypnoterapi seperti saya kemukakan dimuka, berkembang sangat liar sekali. Ada unsur diluar Hypnoterapi yang diusung masuk ke dalam kelas Hypnoterapi. Ada spiritualias, ada akupunktur, ada psikoterapi ( ego state dan EFT ), dan ada esoteric serta mistisisme.
Salam cerdas Indonesia!
Agung webe
http://www.agungwebe.net
Di sisi lain Hypnosis sebagai Terapi yang dikenal dengan nama Hypnoterapi sudah berkembang sangat liar di Indonesia, yaitu sudah tidak murni Hypnoterapi, namun ada ramuan dari psikoterapi dan terapi lain di luar hypnosis.
Apakah itu sah? Sebagai bentuk terapi sah-sah saja, yang penting sang therapist memahami dengan betul mana yang dikatagorikan hypnoterapi, mana yang psikoterapi, dan mana yang terapi-terapi di luar itu semua.
Hypnosis yang digunakan sebagai murni Hypnoterapi, mempunyai cirri yang sederhana, yaitu memanfaatkan fenomena trance klien dan menggunakan sugesti, titik.
Contoh sederhana:
Ketergantungan merokok.
Disini klien akan di bebaskan dari rasa ketergantungan merokok. Apabila ada batang rokok nyata yang digunakan sebagai alat ukur ketertarikan klien terhadap rokok, maka itu termasuk psikoterapi. Namun ketika rokok tersebut diciptakan dalam pikiran dan tidak ada bentuk nyatanya, itulah hypnoterapi.
Keterbukaan seorang therapist disini sangat diperlukan. Ketika dia melakukan scaning pada klien pertama kalinya dan ditemukan bahwa kasusnya adalah kasus yang harus di terapi secara psikologi, maka dia harus terus terang untuk mengirim klien ke psikolog atau psikiater. Kecuali bahwa sang therapist juga mempelajari psikologi manusia dan mengetahui dengan pasti langkah-langkah psikologi dalam penerapannya, maka dia dapat melakukan terapi gabungan, yaitu Hypnoterapi dan Psikoterapi.
Kembali kepada Hypnosis yang tidak ilmiah
Saya jadi bertanya, apabila Hypnosis dipahami sebagai tools, apa yang mau diilmiahkan? Toh Hypnosis hanya berlaku sebagai alat.
Kalau metodenya bagaimana? Kalau kita melihat, metode hypnosis tersebut sudah baku dan diseluruh dunia sama ( murni hypnosis ) untuk metode pengajarannya.
Ada berita menarik:
1. Pada tahun 1892 British Medical Association mengesahkan penggunaan hipnosis untuk terapi
2. Pada tanggal 23 April 1955 British Medical Association (BMA) menyetujui penggunaan hypnosis dalam psikoneurosis dan hypnoanesthsia dalam pain management proses melahirkan dan pembedahan. BMA juga menyarankan agar semua dokter dan mahasiswa kedokteran menerima pelatihan Hypnotherapy Fundamental.
3. Pada tahun 1958 American Medical Association (AMA) menyetujui laporan penggunaan hypnosis untuk kepentingan medis.
4. Dua tahun setelah persetujuan dari AMA, yaitu tahun 1960 American Psychological Association (APA) menyetujui hypnosis sebagai cabang dari psikologi dan masuk dalam divisi 30. Tulisan asli dalam devisi 30 sbb:
Division 30: Society of Psychological Hypnosis is devoted to exchanging scientific information, advancing appropriate teaching and research, and developing high standards for the practice of hypnosis. Areas of interest of the membership are diverse, including topics such as mind/body connections; dissociation; and hypnosis with women, children, and adolescents. Current initiatives of the division include advancing applications of hypnosis in behavioral medicine, professional and public education, and establishing clinical hypnosis as a certifiable proficiency. The division presents awards for distinguished career contributions, outstanding convention papers, and the E. R. Hilgard Dissertation Award.
Nah, beberapa praktisi pemula Hypnosis sering ditanya oleh orang-orang awam hypnosis tentang kaitan antara hypnosis dan psikologi. Sekarang anda dapat menjawabnya seperti butir nomer 4 diatas, bahwa sejak tahun 1960 American Psychological Association (APA) menyetujui hypnosis sebagai cabang dari psikologi.
Apakah Hypnosis itu Ilmiah?
Dan apakah dengan pernyataan dari British Medical Association dan American Psychological Association, tersebut bisa dikatakan bahwa para Hypnosis practitioner yang mencoba menerangkan keilmiahan dari proses Hypnosis tersebut telah membohongi masyarakat?
Yang jelas, ketika Hyponis menjadi cabang dari Psikologi yang dinyatakan oleh American Psychological Association pada tahun 1960 dan British Medical Association pada tahun 1955 menyatakan bahwa agar semua dokter dan mahasiswa kedokteran menerima pelatihan Hypnotherapy Fundamental, maka titik persoalan yang masih meributkan Hypnosis sebagai kegiatan ilmiah menjadi sangat jelas.
Yaitu bahwa memang di Indonesia, Hypnosis dan Hypnoterapi seperti saya kemukakan dimuka, berkembang sangat liar sekali. Ada unsur diluar Hypnoterapi yang diusung masuk ke dalam kelas Hypnoterapi. Ada spiritualias, ada akupunktur, ada psikoterapi ( ego state dan EFT ), dan ada esoteric serta mistisisme.
Salam cerdas Indonesia!
Agung webe
http://www.agungwebe.net
No comments:
Post a Comment