Kunjungi pula Situs Utama dan foto training Agung Webe

Agung Webe, penulis buku motivasi dan trainer pemberdayaan diri

Wednesday, September 3, 2014

Film LUCY – sebuah film yang menyihir para penggemar ‘mistik modern’


Hadirnya film Lucy mengobati kerinduan para penggemar ‘mistik modern’ tentang daya linuwih yang dapat dihasilkan oleh otak manusia. Memindahkan barang, mengetahui pikiran orang, melihat masa depan, melihat energi, mengatur dan mengendalikan orang lain.
Terus terang bahwa film ini dikemas sangat apik oleh sutradaranya, Luc Besson.

Film dengan genre science fiction ini mengambil issue modern, yaitu evolusi otak manusia. Pengemasan alur film ini sangat bagus, karena menggabungkan sebuah sisi cerita khayal dan sisi sebuah lecture tentang evolusi oleh seorang professor yang sudah meneliti evolusi otak selama 20 tahun.
Lecture tentang otak dalam film tersebut benar adanya, yaitu menjelaskan evolusi dan pertanyaan dasar manusia, untuk apa hidup ini?
Penggabungan dua gambar terpisah seolah menjadi satu (lecture dan kisah Lucy) semakin menguatkan ‘kesan’ seolah-olah film ini adalah sebuah kenyataan.

Apalagi peran sebuah Narkotika yang dinamakan CHP4 di film tersebut yang dapat mengubah Lucy menjadi seorang wanita super! Bagian inilah yang ditunggu-tunggu oleh para penggemar mistik modern, yaitu evolusi manusia menjadi mempunyai daya linuwih!

Saya copas cuplikan wawancara Luc Besson ketika ditanya, apakah CHP4 itu nyata ada?
Interview from CraveOnline:
Q:Tell me about the drug that makes Lucy superhuman. Is that based on anything real or is that entirely a fiction?
A: It’s totally real. It’s not a real name. CPH4 is a name that I invented, but it’s a molecule that the pregnant woman is making it after six weeks of pregnancy in very, very tiny quantities. But it’s totally real, and it’s true that the power of this product for a baby is the power of an atomic bomb. It’s real. It’s totally real. So it’s not a drug in fact, it’s a natural molecule that pregnant women produce.
Q: Some people are complaining about the fact that the science behind your film — the whole idea that humans only use 10 percent of their brains — is not true. What’s your response to that?
A: It’s totally not true. Do they think that I don’t know this? I work on this thing for nine years and they think that I don’t know it’s not true? Of course I know it’s not true! But, you know, there are lots of facts in the film that are totally right. The CPH4, even if it’s not the real name — because I want to hide the real name — this molecule exists and is carried by the woman at six weeks of pregnancy.

Menarik!
Zat CPH4 inipun kemudian menjadi perbincangan menarik di jagad maya oleh para ilmuwan. Melihat hal ini saya jadi teringat novel DaVinci Code yang oleh sebagian pembacanya dimaknai sebagai sebuah hal yang nyata terjadi. Padahal genre bukunya sudah jelas: NOVEL!

Hal ini tak ubahnya seperti sandiwara radio yang pernah menjadi legenda, yaitu SAUR SEPUH. Dimana penulis ceritanya meng-akulturasi sejarah Majapahit dengan cerita khayal. Sehingga para pendengar banyak yang tidak dapat membedakan (terjebak) mana yang sejarah dan mana yang hanya sebuah cerita.

Ada yang menarik pada saat adegan lecture oleh sang professor dan menjelaskan evolusi otak tersebut. Seorang mahasiswi bertanya, “Apakah peningkatan kemampuan otak menjadi lebih dari 10% sudah ada bukti-bukti ilmiahnya?”
Jawaban sang Profesor adalah, “Terus terang sampai hari ini semua ini masih merupakan hipotesa!”
“Bagaimana jadinya bila seseorang mampu meningkatkan kemampuan otaknya sampai 100%?”
Dijawab oleh sang Profesor, “Saya tidak tahu”

Bagi saya, film ini sangat bagus karena mengangkat filosofi dasar kehidupan manusia dari perjalanan evolusinya yang panjang, yaitu:  untuk apa hidup ini? (daripada kemampuan adikodrati yang di eksplorasi sebagai daya tarik film ini)
Lalu diberikan pertanyaan terbuka pada film ini, yaitu Manusia yang ingin memiliki atau manusia yang ingin menjadi? – to have or to be?
Pada sequel ini sangat bagus sekali untuk berefleksi, ‘apakah selama ini yang aku kejar adalah kepemilikan – untuk memiliki, atau aku ingin menjadi – menjadi berguna, bermanfaat dan bermartabat?

Sebagai sebuah film action, film ini menarik karena menyuguhkan adegan laga dengan action dan tata laga yang bagus. Sebagai sebuah film pendidikan, film ini menarik karena menyuguhkan gabungan antara ilmu pengetahuan dan fiksi.
Sebagai sebuah film superhero, maka film ini mencoba menyuguhkan alur lahirnya superhero yang tidak egois, karena dia harus musnah untuk tidak dikenal.

Sebagai penonton yang bijak, tentunya anda dapat memilah, apakah ini sebuah kenyataan atau cerita penghibur saja.