Kunjungi pula Situs Utama dan foto training Agung Webe

Agung Webe, penulis buku motivasi dan trainer pemberdayaan diri

Thursday, July 21, 2011

SERVICE DAN BUDAYA

Beberapa waktu lalu saya membaca tulisan seorang ‘kuliner’ yang dimuat di sebuah magazine bulanan dari sebuah airline. Dan kelihatannya orang tersebut merupakan observer tetap atau bahkan mungkin advisor dari perusahaan tersebut.
Tulisannya membahas tentang ‘greeting’ atau sapaan yang dilakukan oleh pelaku service, dalam hal ini adalah pramugari.
Tulisan itu mengatakan bahwa ‘greeting’ yang dilakukan oleh pramugari Indonesia masih kalah dengan ‘greeting’ yang dilakukan oleh pramugari barat, dan ia menyarankan bahwa pramugari Indonesiapun melakukan greeting seperti yang dilakukan oleh orang barat tersebut.
‘greeting’ yang ia maksud bukan hanya mengucapkan “selamat pagi” atau “selamat datang” atau “apa kabar”, namun ditambah dengan memuji sesuatu yang sedang dipakai oleh tamu, seperti: “Selamat pagi, apa kabar pak hari ini? Wah, bajunya sangat cerah dan rapi sekali” atau “Apa kabar pak? Kacamatanya sangat cocok dengan mode bajunya loh pak”

Saya jadi bertanya, apa yang dipahami oleh bapak ‘kuliner’ ini tentang budaya? Dan bagaimana dia menerapkan kesesuaian budaya dalam hal service?

Indonesia memang terkenal bangsa yang ramah tamah (menurut buku pelajaran sekolah dasar) namun bukanlah bangsa yang terbiasa dengan ‘greeting’ atau sapaan. Jangankan menyapa orang yang belum dikenal, terhadap orang yang sudah dikenalnyapun masih sangat enggan ketika bertemu mengucapkan ‘selamat pagi, apa kabar?’

Sering sekali ketika saya berada di luar negeri seperti Australia dan Eropa dan sedang berada di dalam satu lift perkantoran, ketika ada orang yang mau masuk ke lift di satu lantai, dia akan menyapa kepada semua orang di dalam lift, “hei, good afternoon!” padahal mereka tidak saling kenal satu sama lain.
Cobalah di Indonesia melakukan hal tersebut, ketika anda masuk ke lift dimana orang-orang di dalam tidak anda kenal dan anda menyapa, “hai, selamat pagi”, apa yang terjadi? Sudah dipastikan semua akan diam, tidak ada respon dan bahkan berpikir, “eh sok akrab banget sih orang ini!”

Perhatikan pula kejadian-kejadian di dalam pesawat, atau anda sesekali boarding dibelakang ‘orang barat’ ketika mau masuk pesawat. Perhatikan orang-orang Indonesia yang sudah jalan duluan didepan, apa yang terjadi? Hampir semua orang Indonesia masuk ke pesawat dengan muka datar, tidak menjawab sapaan, atau bahkan sangat cuek! Dan perhatikan ‘orang bule’ tersebut, yang sudah dipastikan dari jauh sudah tersenyum dan dengan lantang menyapa pramugari duluan , “Hai how are you?”
Kalau sudah seperti ini, siapa yang lebih ramah? Orang bule atau orang Indonesia?

Kembali kepada masalah budaya dan penerapan service.
Seperti contohnya sambutan dengan telapak tangan di dada dan membungkukkan badan. Apabila itu dilakukan di Indonesia adalah sebuah sopan santun service dalam menyambut tamu, namun bila hal yang sama dilakukan di Jepang, hal tersebut adalah tanda berduka cita!

Sebuah ‘greeting’ juga harus dilakukan berdasar budaya yang ada, karena ini berkaitan dengan nilai sang pelaku service. ‘greeting’ seperti menurut si kuliner tersebut dengan menyama-ratakan seluruh tamu adalah tindakan bodoh. Untuk orang Indonesia, belum siap dan belum umum dengan ‘greeting’ berlebihan yang dimaksudkan untuk menambah keakraban. Beberapa kejadian yang sudah sering dialami adalah para pelaku service yang melakukan ‘greeting’ dengan menyanjung tamu entah dengan menyebutkan baju yang bagus, rambut yang rapi, dasi, tas, sepatu, atau minyak wangi yang enak, akan melahirkan sikap ‘salah sangka’ dari sang tamu. Sikap salah sangka inilah yang mengakibatkan tamu akan memberikan atau meminta nomer telpon dari pelaku service karena dianggap ‘biasa akrab’.

Service, dalam hal ini ‘greeting’ juga harus melihat budaya yang dihadapi. Karena penerapan service dalam budaya yang berbeda akan mempunyai interpretasi yang berbeda pula.
Hemat saya, si bapak ‘kuliner’ tersebut kembali belajar lagi tentang budaya dan penerapan service dalam budaya setempat, sebelum dia bicara terlalu banyak dalam hal yang tidak dikuasainya, atau lebih baik ya bicara tentang kuliner sajalah!

Bicara tentang service? Silahkan bergabung dengan group facebook ON SERVICE di : http://www.facebook.com/groups/onservice
Agung Webe
http://www.agungwebe.net

No comments: