Kunjungi pula Situs Utama dan foto training Agung Webe

Agung Webe, penulis buku motivasi dan trainer pemberdayaan diri

Wednesday, May 25, 2011

VIBRASI BERBAHAYA YANG DIANGGAP BIASA

Sepulang sekolah, Bambang tidak langsung pulang kerumah. Ia mampir sebentar ke rumah temannya. Namun ia lupa memberitahukan kepada ibunya bahwa ia pulang terlambat. Sampai di rumah pada sore harinya, si Ibu sudah memasang muka marah di dalam rumah.
“Kamu kemana saja sih? Kamu mau jadi apa kalau begini? Kamu sudah berani berbohong kepada orang tua!” dan serentetan kata-kata marah yang negative masih keluar menyambut kedatangan Bambang.

Atau mari kita ber-refleksi bersama, seberapa sering kita memberikan kata-kata dengan nada tinggi kepada anak kita?
Dan seberapa sering juga kita mengeluarkan kata-kata dengan nada tinggi di salah satu ruang di rumah kita?

Banyak yang beralasan ( terutama bagi ibu-ibu ) bahwa mengatur rumah tangga bukanlah pekerjaan yang ringan. Memang betul dan sangat betul sekali hal tersebut, bahwa pekerjaan rumah tangga bukanlah pekerjaan yang ringan. Namun sekali lagi pilihan tetap ada di tangan kita semua, kita mau membuat hidup menjadi lebih baik atau lebih buruk?
Berteriak kepada anak itu wajar, sepanjang dalam batas-batas tertentu. Saya sendiri mempunyai tiga anak yang masing-masing mempunyai karakter berbeda. Satu hal yang tidak mungkin dan saya tidak munafik, bahwa saya-pun berteriak kepada anak dalam batas yang wajar.
Bagaimana tolok ukur wajar tersebut? Bertanyalah kepada diri sendiri, seberapa sering? Apakah selalu? Apakah presentasenya lebih dari 50% dari setiap kata-kata anda? Apakah dari pagi sampai malam anda selalu berteriak dalam memberikan perintah? Apakah ketika membangunkan anak di pagi hari, yang seharusnya pada awal membuka mata dan awal kesadaran mereka adalah terdengar kata-kata positif dan membangun, namun terdengar bentakan-bentakan keras dari anda?

Kata-kata keras anda, kalimat-kalimat negative yang keluar, atau juga sikap marah dan benci anda, adalah sebuah VIBRASI yang membahayakan. Dan ironisnya hal tersebut dianggap sebagai hal biasa dalam kehidupan sehari-hari.

Vibrasi membahayakan? Ah darimana melihatnya?
Kita akan melihat dari hal-hal sepele dirumah anda, namun anda perlu berpikiran terbuka untuk melihat kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dan ingat bahwa tidak ada yang kebetulan disana!
Pertama adalah, seberapa banyak tembok yang retak di ruang dimana anda sering meluapkan kebencian dan teriakan anda?
Seberapa banyak parabot rumah anda yang sering rusak di dekat aktifitas luapan marah anda?

Semua benda di sekitar kita merespon getaran yang kita keluarkan. Getaran dan vibrasi dari marah, benci, kegelisahan, kekacauan, stress, tertekan, akan mengakibatkan respon ‘rusak’ bagi benda di sekitar kita.
Apabila untuk benda saja sudah terlihat seperti itu, bagaimana dengan anak kita? Bagaimana dengan pertumbuhan sel-sel anak kita?

Mungkin saja ini sebuah langkah yang berat, namun sekali lagi ini adalah pilihan kita sendiri.
Percobaan klasik yang perlu dilakukan bagi yang belum pernah melakukan adalah menyiapkan dua tempat bersih untuk ditempatkan nasi di dalamnya. Setelah dua-duanya dikasih nasi, kemudian tutup rapat dengan plaster pada tutupnya. Taruh masing-masing di tempat yang berbeda. Tempat berisi nasi yang satu di salah satu tempat, setiap hari kita umpat dengan kalimat-kalimat marah, benci dan kegelisahan. Sedangkan tempat yang berisi nasi di tempat lain kita ucapkan kalimat-kalimat cinta, sayang dan positif. Lakukan hal tersebut setiap hari, sesering mungkin selama satu minggu.
Kemudian setelah satu minggu buka tutup plesternya dan lihat hasil dari kedua nasi tersebut. Nasi yang sering diumpat dengan kalimat benci dan marah akan mudah busuk, bau dan terlihat jamur, sedangkan nasi yang diucapkan kalimat cinta, sayang dan positif akan lebih awet dan tidak mengeluarkan bau.
Mau coba? Harus!

Apabila kita menyadari bahwa ada vibrasi berbahaya yang dapat kita keluarkan tanpa sengaja, maka kita dapat mengontrol diri kita untuk membuat keseimbangan dengan mengeluarkan lebih banyak vibrasi cinta kasih. Dengan ini kita telah mulai untuk membentuk generasi unggul bagi masa depan anak-anak kita.

Salam cerdas Indonesia!
Agung Webe
http://www.agungwebe.net

No comments: